Gagalkan Penyelundupan Sabu 2 Ton, Intelijen Jadi Kunci BNN Berantas Narkoba


Keberhasilan Badan Narkotika Nasional (BNN) menggagalkan penyelundupan 2 ton sabu di Batam pada 21 Mei 2025 menegaskan peran sentral intelijen dalam pemberantasan narkoba. Intelijen juga menjadi tulang punggung BNN dalam pemberantasan narkoba di Indonesia.
Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Marthinus Hukom mengatakan lembaganya menerapkan pendekatan intelijen pro-justisia. Strategi ini dikembangkan dari pengalamannya sebagai Kepala Densus 88 dalam menangani isu terorisme, untuk memutus jaringan narkotika transnasional.
“Intelijen bekerja sebelum, saat, dan setelah kejadian. Kami analisis jaringan, komunikasi, hingga afiliasi pelaku,” ujar Marthinus kepada Katadata, di Dermaga Bea Cukai, Batam, pada Kamis (22/5).
Penangkapan di Batam berawal dari informasi intelijen lintas negara, termasuk kasus terkait di Thailand, yang disusun menjadi “puzzle” untuk mengidentifikasi target. “Kami memetakan jaringan dari data lapangan, masuk ke database, termasuk DPO dan afiliasi sosial,” tambahnya.
Operasi di Batam yang menyita sabu dan ketamin senilai Rp5 triliun, menunjukkan efektivitas pendekatan ini. Sabu yang diduga dari Myanmar dan masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka, menegaskan kompleksitas kejahatan transnasional.
Marthinus mengatakan Presiden Prabowo Subianto menekankan intelijen sebagai kunci mengungkap narkoba, penyelundupan, dan korupsi. “Intelijen adalah urgensi. Ini pendekatan yang kami jalankan,” kata Marthinus.
Marthinus membandingkan intelijen di BNN dengan Densus 88. “Di Densus kita hadapi ideologi, di BNN sistem ekonomi gelap. Pola dan modusnya mirip, hanya motifnya berbeda,” ujarnya.
Dengan penguatan big data dan sumber daya manusia, BNN berupaya menutup celah sindikat. Keberhasilan di Batam menjadi bukti bahwa intelijen tidak hanya mencegah peredaran narkoba, tetapi juga melindungi masyarakat dari dampak kejahatan transnasional.