Penyelundupan 2 Ton Sabu: Tantangan Geografis Indonesia Menghadapi Narkoba


Penyelundupan 2 ton sabu berhasil digagalkan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Dermaga Bea Cukai, Batam, pada 21 Mei 2025. BNN menyoroti tantangan geografis Indonesia dalam memerangi narkotika.
Dengan 17.504 pulau dan garis pantai sepanjang 108 ribu kilometer, pelabuhan-pelabuhan kecil dari Pulau Weh hingga Lampung menjadi pintu masuk utama narkoba. Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Marthinus Hukom menyebut Selat Malaka sebagai zona merah penyelundupan, menghubungkan Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
“Batam strategis di Selat Malaka, menjadi titik transit narkoba ke pasar domestik dan regional,” ujar Marthinus kepada Katadata, di Dermaga Bea Cukai, Batam pada Kamis (22/5).
Sabu yang disita di Batam, diduga berasal dari Myanmar, diangkut melalui kapal nelayan tradisional melintasi Samudra Hindia, masuk ke Indonesia via pesisir Sumatera. “Myanmar adalah ‘halaman rumah kita’. Kedekatan geografis dimanfaatkan bandar untuk membangun jaringan,” ujarnya.
Ketidakstabilan politik di Myanmar, terutama di wilayah seperti Wa State, memicu “compound of crime” yang mencakup narkoba, judi online, dan perdagangan orang.
Penangkapan di Batam menunjukkan bagaimana sindikat memanfaatkan pelabuhan kecil yang sulit diawasi dengan patroli konvensional. “Pelabuhan tradisional ini sulit dikontrol tanpa sistem keamanan terpadu,” ujar Marthinus.
Untuk mengatasi tantangan ini, BNN memperkuat ketahanan masyarakat pesisir agar tidak tergoda menjadi kurir atau pengedar. “Kami membangun sistem pencegahan berbasis masyarakat, dengan ketahanan moral dan sosial,” katanya.
Kerja sama internasional dengan negara penghasil narkoba, seperti Myanmar, juga ditingkatkan untuk memutus rantai pasok. Keberhasilan di Batam, yang menggagalkan peredaran narkoba senilai Rp5 triliun, menegaskan urgensi strategi ini untuk melindungi Indonesia dari ancaman kejahatan transnasional.
Pengungkapan sabu seberat 2 ton tersebut merupakan operasi terbesar sepanjang sejarah di Indonesia. Marthinus menyebut, pengungkapan ini menyetop penggunaan sabu untuk 8 juta orang.