Prabowo-Sandi Klaim Sumbangan dari Masyarakat Meningkat Pascadebat
Pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno merilis laporan terbaru penerimaan dan pemasukan dana kampanyenya hingga 29 Januari 2019. Selama empat bulan kampanye, Prabowo-Sandiaga telah menerima sumbangan dana kampanye sebanyak Rp 99,7 miliar. Angka ini naik Rp 45,7 miliar dibandingkan posisi Desember 2018 yang sebesar Rp 54 miliar.
Dana kampanye terbesar masih disumbang oleh Sandiaga, yakni sebesar Rp 63,39 miliar atau 65% dari total sumbangan. Nilai sumbangan dana kampanye dari Sandiaga ini naik sekitar Rp 23,8 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 39,5 miliar.
Sumbangan dana kampanye terbesar kedua berasal dari Prabowo, yakni Rp 34,45 miliar. Angka ini meningkat Rp 21,4 miliar jika dibandingkan bulan lalu yang sebesar Rp 13,5 miliar.
Sumbangan dana kampanye dari Gerindra tidak berubah dari posisi Desember lalu, yakni Rp 1,39 miliar. Adapun dana kampanye yang berasal dari pendapatan bunga bank sebanyak Rp 45,6 juta.
Sementara itu, dana kampanye yang berasal dari sumbangan kelompok sebesar Rp 223 juta. Dana kampanye dari sumbangan perorangan sebesar Rp 203 juta.
"Total sumbangan dari kelompok dan perorangan mencapai Rp 426 juta. Ini meningkat cukup baik dan sangat besar dibandingkan bulan lalu yang sebesar Rp 105 juta," kata Wakil Bendahara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Satrio Dimas di Jakarta, Kamis (31/1).
Sumbangan dari perorangan dan kelompok meningkat signifikan pascadebat perdana Pilpres 2019 yang digelar pada 17 Januari 2019. Hal ini menunjukkan animo partisipasi masyarakat semakin meningkat setelah menyaksikan debat.
Hal senada disampaikan Sandiaga. Dengan banyaknya sumbangan dari perorangan dan kelompok, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menilai antusiasme publik yang mendukung paslon nomor 02 semakin meningkat.
(Baca: Jokowi-Ma'ruf Unggul 5-1 dari Prabowo-Sandiaga dalam Debat Perdana)
Bantah Hasil Survei Elektabilitas
Pada kesempatan itu, ia juga membantah sejumlah hasil survei yang mengatakan debat perdana tak memberi pengaruh signifikan terhadap elektabilitas pasangan calon. Salah satunya yang dirilis oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rabu (31/1).
Berdasarkan hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, elektabilitas pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada Januari 2019 sebesar 54,8%. Angka ini hanya meningkat 0,6% jika dibandingkan dengan tingkat keterpilihannya pada Desember 2018 yang sebesar 54,2%.
Sementara, elektabilitas Prabowo-Sandiaga pada Januari 2019 sebesar 31%. Angka ini hanya naik sebesar 0,4% jika dibandingkan pada Desember 2019 yang sebesar 30,6%. Dalam survei ini, responden yang menyatakan belum menentukan pilihan sebesar 14,2%.
"Debat itu sangat berdampak signifikan. Dari jumlah sumbangan saja melonjaknya luar biasa setelah debat," kata Sandiaga.
Menurutnya, banyak masyarakat yang memberikan masukan kepadanya ketika berkampanye ke berbagai daerah setelah debat perdana. Mereka menanyakan detail dari program-program Prabowo-Sandiaga dalam tema yang diusung debat perdana, yakni hukum, hak asasi manusia (HAM), korupsi, dan terorisme.
Sandiaga menilai debat perdana menghasilkan fenomena baru, di mana masyarakat yang belum menentukan pilihannya menjadi bertambah. Hal tersebut diketahui dari survei internal Prabowo-Sandiaga.
Masyarakat yang belum menentukan pilihannya dinilai masih ingin melihat performa dari masing-masing pasangan calon di debat-debat selanjutnya. "Mereka akan menentukan pilihan itu setelah debat terakhir," kata Sandiaga.
(Baca: LSI Denny JA: Pascadebat Pertama, Elektabilitas Paslon Stagnan)