Dua Desainer Indonesia Pamerkan Karyanya di Australia
Perancang busana asal Indonesia, Novita Yunus dan Savira Lavinia, mendapat kesempatan untuk memamerkan karyanya dalam Fashions of Multicultural Australia (FOMA) di Sydney, Australia pada 1 Maret lalu.
Novita memamerkan busana bertema Batik Tuban dengan merek Batik Chic. Savira menampilkan karya yang terinspirasi dari kehidupan Jakarta dengan merek SavLavin.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia untuk Sydney Heru Hartanto Subolo mengatakan kedua perancang busana memiliki keunikan bagi pasar Australia. "Kami ingin menunjukkan keberagaman budaya dalam produk desainer Tanah Air," kata Heru dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3).
Pameran busana FOMA tak hanya ajang promosi busana. FOMA juga ingin mengenalkan keragaman jenis produk serta meningkatkan peluang bisnis yang mengusung kebudayaan. Industri busana Negeri Kangguru memiliki potensi AU$ 12 miliar dan membuka lapangan kerja bagi 220 ribu orang.
Malam itu, Novita dan Savira bersanding dengan perancang busana internasional lainnya, seperti Aida Guirguis dari Mesir, Anjilla Seddeqi dari Afghanistan, Katya Komarova dari Rusia, Yoonkyung Jang dari Korea Selatan, serta bermacam negara lainnya.
(Baca: Desainer Sorot Perubahan Pasar Fesyen Domestik)
Novita dalam akun instagram @yunus.novita mengungkapkan rasa bangga karena ikut serta dalam pameran internasional. "A dream come true," tulisnya.
Ia sebelumnya pernah mengikuti ajang pagelaran busana di Italia dan India pada 2017. Penghargaan UNESCO Award of Excellence for Handicraft juga pernah ia raih pada 2012.
Dengan merek Batik Chic, Novita mengikuti Indonesia Trade Promotion Center (TPC) di Milan, Italia, selama dua tahun berturut-turut, yaitu 2012 dan 2013.
Savira dalam akun instagram resmi brand-nya @savlavin juga menuturkan ungkapan yang sama. Dia berterima kasih karena telah memilih SavLavin untuk ikut serta dalam FOMA.
Merek itu telah melakukan debut di pekan mode Los Angeles, Amerika Serikat pada 2017. Tahun berikutnya, SavLavin tampil dalam ajang Jakarta Fashion Week.
FOMA Director Sonia Gandhi mengatakan, ajang ini dapat menyatukan komunitas dan memupuk kohesi sosial. "Karena butuh bertahun-tahun untuk meruntuhkan stereotip tentang apa yang orang pikirkan tentang budaya lain," ujarnya.
Ia juga melihat FOMA dapat menjadi wadah bagi para desainer untuk mengenal pasar mode Australia. Para perancang busana yang terlibat dalam acara ini dapat saling berbagi pengalaman satu dengan yang lain. Selain memperkaya wawasan, juga menambah ide dan inspirasi bagi karya mereka selanjutnya.