Elektabilitas Menurun, PPP Merasa Digembosi di Lumbung Suara

Dimas Jarot Bayu
18 April 2019, 21:41
Pilpres 2019, Pemilu, PPP, Prabowo, Sandiaga, hasil Pileg 2019, Suharso Monoarfa, Jokowi
ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa memberikan sambutan pada pembukaan Mukernas III Dewan Pimpinan Pusat PPP di Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/3/19). Agenda utama Mukernas PPP tersebut adalah pengukuhan Suharso Monoarfa sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum, menggantikan posisi Romahurmuziy yang telah dipecat karena tersandung kasus korupsi.

Hasil hitung cepat Pileg 2019 menunjukkan elektabilitas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat ini sebesar 4,97%. PPP kemungkinan besar akan lolos ambang batas parlemen 4%.

Tapi angka itu sebenarnya turun dibandingkan pileg 2014. PPP kala itu mendapat 6,53% suara. Partai berlambang ka'bah ini berada di posisi kedelapan, di atas Hanura dan di bawah Nasdem. 

Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa menilai turunnya elektabilitas PPP pada Pileg tahun ini karena digembosi oleh partai-partai di kubu pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Mungkin kami semacam diadili oleh mereka," kata kata Suharso di Restoran Plataran, Menteng, Jakarta, Kamis (18/4).

(Baca: Jika Temukan Kecurangan, Tim Prabowo Bawa Hasil Pilpres 2019 ke MK)

Menurut Suharso, penggembosan dilakukan di lumbung suara PPP selama ini. Lumbung suara itu berada di Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Ketiga daerah tersebut juga merupakan basis suara Prabowo-Sandiaga dan para partai pendukungnya. 

Ia mengatakan, PPP digembosi dengan isu-isu negatif bahkan kampanye hitam. Salah satunya terkait dengan kasus korupsi yang menjerat eks Ketua Umum PPP Romahurmuziy. 

Selain itu, PPP juga dilekatkan dengan atribusi partai penista agama. Ini lantaran PPP pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendukung Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. "Tadinya kami pikir itu enggak akan terganggu sama sekali, tapi begitu masif, terstruktur ke bawah," kata Suharso.

(Baca: Timses Sebut Suara untuk Jokowi Makin Tinggi pada Pilpres 2019)

Atas dasar itu, Suharso menyebut partainya akan melakukan evaluasi terkait menurunnya elektabilitas di lumbung-lumbung suara tersebut. Hal itu bakal dilakukan dengan menelusuri masalah yang menimpa PPP di sana.

Selain itu, PPP akan kembali menggerakkan mesin partai di tiga daerah tersebut sehingga bisa menebalkan suaranya. "Kami memang harus bentuk kembali tempat-tempat itu," kata Suharso.

PDIP Unggul di Pileg 2019

Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) dari lembaga survei KedaiKOPI hingga pukul 18.20 WIB kemarin, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memperoleh suara tertinggi dalam Pileg 2019, yakni 19,71%. Di urutan kedua adalah Partai Gerindra dengan 12,18% suara, disusul Partai Golkar 11,75%, dan Nasdem 9,71%. 

Ada sembilan partai politik yang memperoleh suara dalam ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4%. Selain PDIP, Gerindra, Golkar, dan Nasdem, mereka adalah PKS 8,07%, Demokrat 7,18%, PAN 6,34%, dan PPP 5,35%.

Partai yang perolehan suaranya di bawah ambang batas parlemen berjumlah tujuh partai. Partai-partai tersebut adalah Perindo 2,78%, Berkarya 2,23%, PSI 1,69%, Hanura 1,20%, PBB 0,80%, Garuda 0,43%, dan PKPI 0,24%.

Reporter: Dimas Jarot Bayu
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...