Kemenkes Sebut Biaya Reagen untuk Deteksi Corona Capai Rp 1 Miliar
Pemerintah mengantisipasi menghadapi serangan virus corona 2019 nCoV masuk Indonesia. Kementerian Kesehatan menyiapkan reagen atau reaktan untuk mendeteksi virus corona dalam tubuh pasien.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Windra Woworuntu mengatakan, harga reagen corona cukup mahal. "Berapa uang yang harus disiapkan untuk pemeriksaan? Biaya untuk reagennya mencapai Rp 1 miliar," kata Windra di kantornya, Jakarta, Kamis (6/2).
(Baca: WHO Siapkan Respons Penanganan Virus Corona Senilai Rp 9,22 Triliun)
Reagen diperlukan untuk mendeteksi virus corona dari tubuh pasien. Pemeriksaan dilakukan terhadap skrutum atau swab dari sampel cairan dari bagian hidung atau tenggorokan pasien. Kemudian sampel diekstraksi terlebih dahulu untuk mendapatkan RNA agar dapat direaksikan dengan reagen.
Meski mahal, pemerintah membeli reagen untuk memeriksa pasien yang diidentifikasi terkena serangan virus corona. Windra mengatakan, pemeriksaan corona juga membutuhkan alat untuk memeriksa swab.
Pemeriksaan akan dilakukan sesuai dengan standar yang serupa dengan Wuhan. Pemeriksaan tahap awal hanya meliputi pemeriksaan fisik, batuk, pilek, dan demam. Bila orang tersebut lolos dalam pemeriksaan tahap awal tersebut, pemeriksaan swab tidak dilakukan.
"Jadi pemeriksaan swab hanya kepada orang yang dicurigai sakit, bukan orang sehat," ujarnya.
(Baca: Muncul Kabar Vaksin Virus Corona Ditemukan, Rupiah Makin Perkasa)
Selain Balitbangkes, lembaga yang memiliki reagen virus corona adalah Universitas Airlangga. Sebelumnya Rektor Prof Moh Nasih mengatakan kampusnya berhasil menemukan reagen atau reaktan spesifik yang mampu mengidentifikasi virus corona yang berasal dari Wuhan.
“Reagennya spesifik, bisa digunakan untuk mengidentifikasi virus yang khusus jenis Wuhan," kata Nasih saat konferensi pers, Senin (3/2).
Nasih menyatakan reagen yang ada selama ini bukanlah reagen spesifik untuk mengidentifikasi virus corona sehingga hasilnya belum akurat.
Unair menemukan reagen dengan bekerja sama bersama Universitas Kobe, Jepang dan peneliti dari Jerman. Reagen hasil penelitian akan datang pada Sabtu (8/2) dan akan dibagikan ke RSUD Dr Soetomo Surabaya dan RS Universitas Airlangga (RSUA).
(Baca: Tiongkok Ajukan Hak Paten untuk Obat Antivirus Corona)