Kopling at Olveh Siapkan Program Pelatihan Benahi SDM Industri Kopi
Kebutuhan sumber daya manusia demi menunjang bisnis kopi semakin besar. Kali ini jaringan industri kopi bernama bernama Kopling at Olveh meluncurkan program pelatihan bernama Coffee Lab.
Kopling merupakan jaringan para profesional yang bergerak di sektor kopi untuk meningkatkan kualitas komoditas tersebut. Jaringan ini dibangun oleh PT Independent Research and Advisory Indonesia (IRAI).
Founder Kopling Lin Che Wei mengatakan laboratorium kopi ini adalah wadah untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Pelatihan ini guna menghasilkan kopi dengan kualitas premium dari hulu hingga hilir.
“Februari ini kami bisa mulai sertifikasi dan bisa training. Dengan itu kami bisa menjaga kualitas,” kata Wei di Gedung Olveh, Jakarta, Selasa (18/2).
(Baca: Jay-Z hingga Serena Williams jadi Investor Kopi Kenangan)
Wei mengatakan pelatihan ini fokus pada proses pengolahan kopi di pasar yakni brewing, roasting, dan barrister. “Kami juga berharap ini bisa memperbaiki (bisnis) hulu karena 98% produksi kopi Indonesia diproduksi produsen kecil sehingga kualitas sukar dijaga,” kata dia.
Acara peluncuran program ini juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Darmin berharap pembinaan SDM industri kopi dapat berpengaruh besarnya pendapatan pekerja di sektor kopi. “Kalau bisa petani (dan pekerja) bisa dapat 70%-80% lah, pedagang 10%-15% saja,” kata dia.
Darmin menjelaskan peningkatan kualitas pekerja ini merupakan bagian dari transformasi ekonomi yang dicanangkan sejak dirinya menjabat di kabinet. Dia mengatakan jika hal ini berhasil, maka masyarakat tetap bertahan di sektor pertanian. “Kami mulai satu bagian, di level petani dan processing,” kata Darmin.
Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Yulius mengatakan pihaknya siap memasukkan Kopling ke dalam platform pengembangan. Apalagi kursus di laboratorium ini bisa mendukung program pra kerja pemerintah. “Tinggal masukkan platform, yang menilai nanti masyarakat,” kata dia.
Yulius juga mengatakan pemerintah telah membantu swasta yang membantu kebijakan vokasi. Caranya dengan memberikan super tax deduction hingga 200%. Dia mengatakan hingga saat ini ada 20 hingga 30 perusahaan yang mendaftar fasilitas pajak ini.
“Sudah banyak tapi (sektor) pertanian masih sedikit karena sosialisasi belum sampai,” katanya.
(Baca: Dari Gunung Malabar, Kopi Indonesia Mendunia)
HR Manager Fore Coffee Kinit Apui mengatakan sertifikasi ini penting untuk menunjang kebutuhan swasta akan SDM mumpuni. Apalagi saban bulan, Fore membuka 20 hingga 22 gerai. “Kebutuhan tenaga kerja kami banyak, tapi yang ahli kurang,” katanya.
Sensory Analyst dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Yusianto mengatakan berharap lebih banyak lagi pekerja sektor kopi yang lebih terdidik. Dia mencontohkan pihaknya mampu menghasilkan kloning dari kopi jenis robusta bernama Sehasence, Sintaro 1, Sintaro 3.
“Kami juga ada pelatihan pengelolaan kopi, roasting, dan barista. Kami kerja sama lebih dari 100 kabupaten,” ujarnya.
Melatih Rasa
Ada tiga program yang ditawarkan oleh Kopling yakni Brewing Class, Sensory Class, dan Barrister Class. Asisten Divisi Coffee Lab Kopling yang bernama Dinda mengatakan tiap program menawarkan kompetensi berbeda.
Dalam Brewaing Class, peserta akan diajari penjelasan tentang kopi, pembuatan serta peralatan membuat kopi. Kelas Sensory Class peserta didik akan diajari soal aroma dan rasa kopi. Sedangkan dalam kelas Barrister, mereka akan memahami mengenai operasional. “Pengenalan dan menjaga kebersihan,” kata Dinda.
Tak hanya itu, masing-masing kelas terdiri dari tingkat foundation dan intermediate. Dinda memberikan contoh foundation dalam Barrister Class terdiri dari pengenalan rasio dan berat kopi. “Intermediate itu mengetahui suhu hingga tingkat keasaman air,” katanya.