WHO Umumkan Pandemi Global Corona, Harga Minyak Jatuh Lagi 3%
Harga minyak mentah dunia kembali tertekan pada perdagangan Kamis (12/3) waktu Indonesia. Penurunan terjadi setelah pernyataan virus corona sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta wacana peningakatan produksi minyak Arab Saudi sebagai imbas perang harga dengan Rusia.
Mengutip laman Bloomberg, Kamis (12/3) pukul 08.42 WIB harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 turun 3,55% ke level US$ 34,52 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 turun 3,85% ke level US$ 31,71 per barel.
Selain itu, aset berisiko anjlok sepanjang hari serta mempercepat kerugian setelah jumlah kasus penyebaran virus corona semakin meningkat dan beberapa negara mulai membatasi perjalanan.
"Apa yang menyebabkan penurunan harga minyak pada menit-menit terakhir sebelum penutupan pasar adalah ketika pasar saham membuat posisi terendah baru. Adapun berita tentang coronavirus tampaknya tidak menginspirasi harapan permintaan saat ini," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago dikutip Reuters.
(Baca: Harga Minyak Rendah, Pelaku Industri Migas Minta Insentif Fiskal)
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Energy Information Administration (EIA) memangkas perkiraan permintaan minyak lantaran wabah virus corona yang terus berkembang. Selain itu mereka juga melihat potensi permintaan terkontraksi pada kuartal ini.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengumumkan rencana peningkatan kapasitas produksi setelah setelah perundingan dengan Rusia serta produsen minyak utama lainnya terkait kesepakatan pembatasan pasokan gagal tercapai.
Kementerian energi Saudi telah mengarahkan Aramco untuk meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 13 juta dari 12 juta barel per hari (bph).
Di sisi lain, perusahaan minyak nasional UEA ADNOC juga mengatakan akan meningkatkan pasokan minyak mentah menjadi lebih dari 4 juta barel per hari pada April mendatang dan mempercepat rencana untuk meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 5 juta barel per hari. Padahal, target tersebut sebelumnya direncanakan akan dicapai pada 2030.
"Arab Saudi menunjukan strategi membawa Rusia kembali ke meja perundingan," kata analis UBS dalam sebuah catatan.
(Baca: Harga Minyak Naik 5% Pasca Penurunan Terbesar Sejak Perang Teluk 1991)
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan rencana Arab Saudi untuk meningkatkan kapasitas produksi mungkin bukan pilihan terbaik. Pihaknya mengatakan, telah menghubungi anggota OPEC serta negara produsen minyak lainnya untuk kembali berunding, namun tak ada yang meyetujui.
Sedangkan OPEC dalam laporan bulanan menjelaskan, permintaan global diramal meningkat 60.000 barel per hari pada tahun ini atau terjadi pengurangan 920.000 barel per hari dari proyeksi sebelumnya.
(Baca: Dorong Harga Minyak, OPEC Pangkas Produksi Besar-besaran Efek Corona)
Hal itu diperkuat dengan pernyataan EIA yang mengatakan, permintaan minyak global diprediksi menurun 910.000 barel per hari pada kuartal pertama 2020 karena wabah virus corona.
Di samping itu, sejumlah produsen Amerika Utara juga telah mengumumkan pemotongan belanja termasuk Occidental Petroleum Corp, Marathon Oil Corp dan Diamondback Energy Inc.