The Fed Pangkas Bunga, Harga Minyak Anjlok Hampir Mendekati US$ 30

Image title
16 Maret 2020, 09:30
The Fed memangkas suku bunga mendekati nol membuat tekanan terhadap harga minyak makin besar setelah isu virus corona dan pasokan berlebih dari Arab Saudi.
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Ilustrasi, kilang minyak. Harga minyak terus turun hingga hampir menyentuh US$ 30 per barel setelah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve memangkas suku bunga.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga minyak dunia terus berada dalam tren turun pada awal pekan ini setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, memangkas suku bunga. Namun, kebijakan tersebut ternyata tak meredakan kekhawatir pasar terhadap perlambatan ekonomi imbas pandemi virus corona.

Mengutip laman Bloomberg pada Senin (16/3) pukul 07.55 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 turun 3,55% ke level US$ 32,65 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 turun 2,46% ke level US$ 30,98 per barel.

Sepanjang akhir pekan lalu, beberapa negara menerapkan sistem isolasi atau lockdown dengan membatalkan rute penerbangan akibat merebaknya virus corona. Selain itu, beberapa negara mengimbau menutup beberapa tempat umum dan mendorong lebih banyak orang tetap tinggal di rumah.

(Baca: OPEC Plus, Jurus Lima Pendekar Flamboyan dalam Perang Minyak)

The Fed kembali memangkas suku bunga acuannya pada Minggu (15/3) dalam pemotongan darurat kedua bulan ini. Bahkan Bank Sentral itu bakal menambah setidaknya US$ 700 miliar dalam beberapa pekan mendatang.

Adapun pasar minyak berada di bawah tekanan setelah meorosotnya permintaan minyak akibat pandemi virus corona. Di sisi lain, pasokan minyak berlebih setelah Arab Saudi berencana meingkatkan produksinya dan memangkas harga jual. Hal itu turut menekan harga minyak.

Kepala strategi pasar CMC Markets di Sydney Michael McCarthy mengatakan pemerintah di seluruh dunia meningkatkan upaya untuk mengendalikan dan meminimalkan penyebaran virus corona terhadap ekonomi. Akibatnya, pasar lebih waspada akan respon bank sentral.

"Tetapi gerakan ekstrem dan volatilitas yang lebih tinggi menunjukan perdagangan yang sulit akan terus berlanjut," ujar McCarthy seperti dikutip dari Reuters.

(Baca: Harga Minyak Jenis Brent Anjlok 28% Dalam Sepekan Karena Virus Corona)

Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Ratna Iskana

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...