Pertamina Prediksi Subsidi Elpiji Membengkak
PT Pertamina (Persero) memprediksi akan terjadi pembengkakan kuota elpiji subsidi tiga kilo gram (kg) dari pagu yang ditetapkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN 2018. Ini karena meningkatnya kebutuhan elpiji 3 kg di tengah masyarakat.
Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Muchamad Iskandar memprediksi kebutuhan elpiji 3 kg tahun ini bisa mencapai 6,7 juta metrik ton/ MT. Padahal dalam APBN 2018 hanya dipatok 6,450 juta MT atau Rp 94,53 triliun. “Tahun 2018 akan over kuota,” kata dia di Jakarta, Rabu (14/3).
Penyebab lain pembengkakan itu karena pemerintah belum menerapkan subsidi langsung ke masyarakat. Padahal, skema ini dinilai bisa menekan pemakaian subsidi 3 kg. Apalagi bagi pihak yang tidak berhak menerima.
Pertamina juga sudah siap untuk menjalankan kebijakan subsidi langsung. "Kami sekali lagi hanya operator dan menunggu “bola”. Kalau ini bisa dioperasikan tentu kami sanggup dan nyaman dengan itu," kata Iskandar.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan perusahaan tetap mencegah adanya kelangkaan meski konsusmi elpiji 3 kg meningkat. "Ini sedang didiskusikan dengan Kementerian ESDM karena proyeksi kami naik terus, kata dia.
Tahun 2017, volume elpiji subsidi juga meningkat 1,7% atau mencapai 6,305 juta MT. Alhasil, Pertamina terpaksa menambah pasokan 120 ribu MT untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ini karena pagu kuota elpiji 3 kg di APBN-P 2017 hanya dipatok 6,199 juta MT.
(Baca: Subsidi Elpiji Bengkak Rp 820 M, Pertamina Minta Aturan Penindakan)
Selain pembengkakan, masalah lainnya terkait elpiji 3 kg adalah harga. Sejak 2007, harga elpiji “melon” ini tidak berubah di level Rp 4.750 per kg. Sedangkan harga keekonomian elpiji di pasar kini sudah mencapai Rp 11 ribu per kg. Akibatnya ini bisa memberatkan keuangan Pertamina untuk menanggung kelebihan subsidi elpiji 3 kg.