Jelang Lebaran, Harga Elpiji Subsidi Naik di Sulawesi Selatan
PT Pertamina (Persero) menemukan adanya kenaikan harga elpiji subsidi menjelang Lebaran. Temuan merupakan hasil pemantauan bersama Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah; serta Perdagangan dan Biro Perekonomian di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Di kabupaten tersebut, harga elpji subsidi tiga kilogram (3 kg) di tingkat pengecer naik menjadi Rp 22.000 hingga Rp 30.000 per liter. Padahal, di tingkat pangkalan harganya hanya Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per tabung.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan peningkatan harga itu disebabkan pembelian yang di atas normal. Sehingga penyaluran menjadi tidak merata.
Solusinya, Pertamina mengimbau agar masyarakat bisa membeli elpiji dengan jumlah wajar sesuai kebutuhan. “Untuk ini, pangkalan LPG atau SPBU yang menjadi pangkalan berperan sebagai stabilisator harga,” kata Adiatma berdasarkan keterangan resminya, Selasa (12/6).
Adapun, Pertamina memastikan pasokan elpiji subsidi dan nonsubsidi aman. Berdasarkan pantauan Satuan tugas (Satgas) Ramadhan dan Idulfitri (RAFI) 2018, per 11 Juni 2018 realisasi penjualan elpiji secara keseluruhan telah mencapai 27,8 ribu Metrik Ton (MT) per hari atau naik hampir 20% dibanding kondisi normal.
Sementara perseroan telah menyiapkan stok elpiji lebih dari 362 ribu MT di seluruh wilayah Indonesia. Ketahanan stok itu mencapai 17 hari.
Pertamina awalnya memperkirakan kenaikan konsumsi elpiji menjadi rata-rata 24 ribu MT per hari, atau naik dari kondisi normal yang hanya 23 ribu MT per hari. Konsumsi itu diperkirakan naik bertahap hingga jelang Lebaran.
(Baca: Subsidi Elpiji Bengkak Rp 820 M, Pertamina Minta Aturan Penindakan)
Selain menambah pasokan, Pertamina bekerja sama dengan Pemerintah daerah menggelar pasar murah. Tujuannya mengantisipasi kenaikan permintaan secara drastis. Pasar murah itu dilakukan di Kabupaten Jembrana – Bali dan Kabupaten Buleleng – Bali.
