Proyek Blok Masela Dimulai, Inpex Sosialisasikan AMDAL
Inpex Corporation melalui anak perusahaan Inpex Masela, Ltd. mulai melakukan sosialisasi dan konsultasi publik Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek Lapangan Gas Abadi Blok Masela. Vice President Corporate Services Inpex Masela, Ltd. Nico Muhyiddin mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk menjelaskan rencana pengembangan Blok Masela.
Rencananya, Inpex akan membangun dan mengoperasikan sumur gas bawah laut serta fasilitas SURF (Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines) di lepas pantai Arafura. Selain itu, Inpex juga akan membangun fasilitas pengolahan (FPSO) di lepas pantai Arafura, pipa gas bawah laut (GEP) dari FPSO ke fasilitas penerima gas (GRF) di darat, dan fasilitas kilang OLNG (Onshore Liquefied Natural Gas) di darat.
Sosialisasi AMDAL ini pertama kali dilakukan di Ambon dan dihadiri oleh Gubernur Provinsi Maluku atau yang mewakili, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dan beberapa instansi terkait lainnya di Maluku. Sosialisasi serupa juga akan dilaksanakan untuk Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada Kamis (8/8) di Saumlaki.
Kemudian dilanjutkan dengan konsultasi publik ke masyarakat di sejumlah desa yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Kepulauan Tanimbar sebagai wilayah untuk pembangunan kilang darat LNG Abadi.
(Baca: Babak Baru Investasi Migas Blok Masela)
Dalam kegiatan tersebut, Inpex akan meminta saran, masukan, dan tanggapan (SPT) terkait pengembangan Blok Masela. SPT tersebut akan menjadi bahan bagi Inpex untuk melakukan pelingkupan dan identifikasi dampak potensial dalam Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL). “Kami menampung saran, masukan dan tanggapan dari berbagai pemangku kepentingan,” ujar Nico seperti dikutip berdasarkan keterangan tertulis, Selasa (6/8).
Inpex juga akan menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yakni rencana langkah-langkah pengelolaan dampak untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif dari proyek tersebut. Ketiga dokumen tersebut akan dievaluasi oleh Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat untuk mendapatkan persetujuan ijin lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Secara paralel, Inpex juga tengah melakukan aktivitas persiapan untuk pekerjaan desain detail (FEED) proyek Blok Masela. Setelah melakukan pekerjaan FEED, Inpex akan melanjutkan ke tahapan Keputusan Akhir Investasi (FID), tahapan Konstruksi (EPCI) yang akan dimulai pada 2022 dan tahapan produksi yang ditargetkan pada kuartal II-2027.
Nantinya Blok Masela akan memproduksi LNG sebesar 9,5 metrik ton per tahun (MTPA) atau setara 330 ribu barel minyak ekuivalen per hari (boepd) dan gas pipa sebesar 150 MMscfd atau setara 1 juta ton LNG per tahun. Total produksi gas kumulatif Blok Masela dari 2027 hingga tahun 2055 mencapai 16,38 TSCF dengan total gas yang dijual sebesar 12,95 TSCF.
Selain itu, Blok Masela juga menghasilkan kondensat dengan kumulatif produksi sebesar 255,28 MMSTB. SKK Migas menetapkan asumsi harga minyak sepanjang produksi Blok Masela di kisaran US$ 65/barel. Dengan begitu, harga LNG berkisar US$ 7,4/ mmbtu dan gas pipa US$ 6 per mmbtu. Dengan asumsi harga tersebut, pemerintah akan menerima sekitar US$ 39 miliar atau setara Rp 542,49 triliun sejak Blok Masela berproduksi pada 2027 sampai 2055.
(Baca: Jokowi Sebut Blok Masela Cetak Investasi Terbesar Sejak RI Merdeka)