Pengeboran Blok Sakakemang Masih Menunggu Uji Produksi Kaliberau 2
Meski pengeboran sumur ekplorasi di Kaliberau 3 (KBD-3X) Blok Sakakemang direncanakan dilakukan tahun ini, pelaksanaannya masih menunggu hasil uji coba produksi sumur Kaliberau 2 (KBD-2X).
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno menjelaskan, setelah uji ulang tes produksi dengan teknik Drill Stem Test (DST) di sumur KBD-2X, maka pengeboran sumur KBD-3X baru dapat terealisasi pada Oktober 2020.
Uji produksi kedua untuk sumur KBD-2X diprioritaskan, karena masih membutuhkan dukungan operasi dari rig pengeboran. Sehingga, rig untuk mengebor KBD-3X masih harus menunggu penyelesaian uji coba produksi KBD-2X.
Menurut Julius, tes uji coba yang kedua ini ditujukan agar operator yakni Repsol mendapatkan hasil temuan cadangan yang konklusif. "Agar mendapatkan hasil yang lebih komprehensif, dengan DST supaya didapat hasil yang cukup konklusif," ujar Julius kepada Katadata.co.id, Rabu (18/3).
Adapun Repsol sebelumnya telah melakukan pengeboran sumur KBD-2X yang ditajak pada 20 Agustus 2018 lalu. Dari hasil pengeboran, ditemukan potensi cadangan gas baru mencapai 2 trillion cubic feet (TCF) di wilayah Blok Sakakemang.
(Baca: Operasional Merugi, Pan Orient Putuskan Keluar dari Blok East Jabung)
Namun, Repsol hanya mengajukan sertifikasi cadangan sebesar 1 TCF dari potensi cadangan terbukti. Jika Repsol ingin mengajukan sertifikasi 2 TCF, maka perusahaan asal Spanyol tersebut harus melakukan pengeboran kembali, untuk membuktikan ada tambahan cadangan.
Repsol menggambarkan penemuan Blok Sakakemang sebagai penemuan gas terbesar di Indonesia dalam 18 tahun terakhir, serta mengklaim penemuan tersebut sebagai penemuan cadangan gas terbesar keempat dunia dalam dua tahun terakhir.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut sumber gas Indonesia cukup banyak, salah satunya dari Blok Sakakemang yang ditargetkan bakal beroperasi tahun depan.
"Kami juga akan terus mengembangkan infrastruktur gas," ujar Arifin melalui video conference usai rapat terbatas, Rabu (18/3).
Selain itu, untuk mendukung infrastrukur gas yang memadai, pihaknya bakal memasang jaringan pipa dari Aceh sampai ke Jawa Timur, kemudian di Sulawesi maupun di Kalimantan. Rencana ini diproyeksi selesai dalam waktu dua hingga tiga tahun. Selain itu, pemerintah juga akan membangun tambahan receiving terminal LNG.
"Sehingga LNG tersebut bisa ditampung di receiving terminal untuk bisa didistribusikan kepada pemakai," kata Arifin.
(Baca: Proyek Jambaran Tiung Biru Capai 53%, Target Produksi Tetap Juli 2021)