Diserang Rudal Iran, AS Balas dengan Sanksi Ekonomi

Image title
11 Januari 2020, 11:20
iran, amerika serikat, sanksi ekonomi
ANTARA FOTO/REUTERS/Hossein Mersadi/Fars news agency/WANA (West Asia News Agency)
Warga menghadiri prosesi pemakaman bagi Mayor Jenderal Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di bandara internasional Ahvaz, di Ahvaz, Iran, Minggu (5/1/2020).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuktikan ucapannya untuk tidak membalas serangan Iran ke pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak dalam bentuk serangan militer melainkan melalui tambahan sanksi ekonomi.

Dilansir dari Reuters, pada Jumat (10/1) waktu setempat, Sekretaris Negara Mike Pompeo dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengumumkan sanksi ekonomi baru kepada Iran untuk sektor manufaktur, pertambangan, dan tekstil.

Sanksi juga diberikan kepada pejabat senior Iran yang diduga terlibat dalam pengambilan keputusan serangan ke target-target milik AS di pangkalan militer Iran pada 8 Januari 2020.

“Kami menyerang jantung dari keamanan nasional Iran. Sasaran sanksi ini termasuk kepada sekretaris Dewan Nasional Tertinggi dan komandan pasukan Basij,” kata Pompeo.

(Baca: Ancaman Sanksi Ekonomi AS untuk Iran dan Sejarahnya Sejak 1979)

Seorang komandan Pengawal Revolusi Iran Mohsen Rezaie, yang merupakan salah satu dari pejabat yang yang terkena sanksi menepis langkah AS yang dia sebut hanya sebagai balasan "simbolis" semata.

"Memberikan sanksi adalah (tindakan) simbolis bagi Amerika karena sanksi ini tidak akan memiliki dampak ekonomi dan tidak akan mengkompensasi serangan rudal (Iran) dan tidak akan memberikan rasa hormat kepada Washington," ujar Mohsen Rezaie melalui akun Twitter-nya.

Padahal, sebelumnya Trump merespon dengan keras serangan balasan Iran yang merupakan retaliasi atas serangan AS yang menewaskan petinggi militer Iran, Qasem Suleimani. Bahkan dia mengancam jika Tehran masih melakukan apa yang dia sebut sebagai agresi militer, AS telah menarget 52 titik vital di termasuk situs-situs budaya Iran dengan rudal-rudal balistik.

Meskipun setelah itu Trump menarik pernyataannya tersebut lataran mendapat kritik dari sekutu politik AS. Trump pun menyatakan bahwa AS akan memenuhi hukum internasional terkait masalah ini.

(Baca: Enggan Balas Iran secara Militer, Trump Bakal Beri Sanksi Ekonomi)

Trump menyatakan keputusan untuk membalas dalam bentuk sanksi ekonomi berdasarkan pertimbangan dalam serangan ke pangkalan militer di Irak tidak sampai jatuh korban jiwa dari pihak AS.

Adapun ketegangan antara Washington dan Teheran melonjak sejak Trump pada 2018 secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang dicapai oleh Presiden AS Barack Obama, dan mulai menerapkan kembali sanksi yang dikurangi berdasarkan perjanjian tersebut.

Sanksi AS itu telah menurunkan penjualan minyak mentah yang menjadi sumber utama pendapatan Iran. Kendati demikian hingga saat ini Trump belum juga memulai perundingan untuk membahas pakta nuklir baru seperti yang dia inginkan.

Meski terkena sanksi ekonomi dari AS, Iran tetap mampu menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Pada 2018, nilai ekspor Iran secara global mencapai US$ 96,6 miliar, seperti ditunjukkan databoks berikut ini.

(Baca: Kronologi Ketegangan AS – Iran hingga Memicu Isu Perang Dunia Ketiga)

Lebih dari setengah hasil ekspor global Iran disumbang dari komoditas bahan bakar mineral yang mencapai US$ 66,4 miliar. Plastik merupakan komoditas ekspor terbesar kedua negara di Timur Tengah tersebut dengan kontribusi sebesar US$ 5,6 miliar.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...