Batal Dimakzulkan, Trump Sempat Tolak Jabat Tangan Nancy Pelosi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya bebas dari seluruh dakwaan dalam sidang pemakzulan dirinya oleh Senat AS pada Rabu (5/2). Namun sehari sebelum sidang, sempat terjadi drama ketika Trump mengabaikan jabat tangan Ketua Senat AS, Nancy Pelosi, dalam rapat bersama di Capitol, Washington DC.
Drama tidak berhenti sampai di situ, setelah Trump selesai membacakan pidatonya, Pelosi langsung menyobek naskah yang diberikan Trump. Namun dalam video yang dirilis oleh Sky News, Pelosi terlihat sudah menyobek naskah tersebut lama sebelum pidato berakhir.
Keesokan harinya, sidang Senat AS menggelar voting untuk memutuskan apakah Trump bersalah atas semua tuduhan yang dilontarkan partai Demokrat. Dua dakwaan tersebut yaitu penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi kongres.
Untuk memakzulkan Trump, partai Demokrat butuh persetujuan House of Representatives atau DPR dan senat. DPR yang dikuasai partai Demokrat telah menyetujui pemakzulan. Namun Senat AS dikuasai oleh partai Republik. Sedangkan untuk memakzulkan Trump dibutuhkan suara mayoritas sebesar 2/3 anggota senat.
(Baca: Ragam Dampak Pemakzulan Presiden Trump ke Pasar Modal)
Voting pun berakhir dengan hasil 52 suara melawan 48 suara untuk membebaskan Trump dari dakwaan penyalahgunaan kekuasaan. Trump didakwa telah menggunakan kekuasaannya untuk menyelidiki Joe Biden, salah satu lawan politiknya pada pemilu November mendatang, dengan melibatkan presiden Ukraina.
Senator Mitt Romney menjadi satu-satunya anggota partai Republik yang menyatakan Trump bersalah pada dakwaan ini. “Presiden bersalah atas penyalahgunaan kepercayaan publik," kata Romney seperti dikutip BBC.
Untuk dakwaan menghalangi kongres dalam mencari bukti dan saksi atas tuduhan pertama, voting juga berakhir dengan hasil 53 – 47 dan menyatakan Trump tidak bersalah. Adapun Romney bergabung dengan anggota senat partai Republik lainnya dan membebaskan Trump dari dakwaan.
Atas kemenangannya, Trump akan memberikan pernyataan hari ini, Kamis (6/2), pukul 12.00 waktu setempat atau Jumat (7/2) tengah malam waktu Indonesia. Dia menganggap kemenangannya ini sebagai “Kemenangan Amerika atas Hoax Pemakzulan!” katanya seperti dikutip Reuters.
(Baca: Pemakzulan Presiden AS, dari Andrew Johnson hingga Donald Trump)
Setelah kemenangannya ini, Trump akan langsung fokus pada kampanye untuk pemilu presiden yang akan digelar pada 3 November 2020. Melalui akun Twitternya, @realDonaldTrump, mantan pengusaha ini mem-posting video kampanye pemilunya dengan slogan “Trump 4EVA.”
Dakwaan Kepada Trump
Partai Demokrat menuduh Trump telah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai presiden dengan meminta Ukraina melakukan penyelidikan dugaan korupsi terhadap Joe Biden, salah satu bakal calon presiden AS dari partai Demokrat, dan putranya, Hunter Biden.
Untuk mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar melakukan permintaannya, Trump pun menahan bantuan keamanan sebesar US$ 391 juta (sekitar Rp 5,3 triliun).
Mengapa Ukraina? Pasalnya, Hunter Biden menjabat sebagai dewan komisaris di sebuah perusahaan gas alam Ukraina. Sedangkan Joe Biden bertanggung jawab atas hubungan AS-Ukraina semasa menjabat sebagai wakil presiden Barack Obama.
(Baca: BI: Pengaruh Pemakzulan Trump ke Pasar Keuangan Indonesia Minim)
Partai Demokrat juga mendakwa Trump menghalangi Kongres dalam mencari bukti dan kesaksian atas dakwaan penyalahgunaan kekuasaan.
Pemakzulan Trump pun bukan yang pertama kalinya terjadi di Negeri Adidaya tersebut. Presiden AS ke-17 Andrew Johnson menjadi presiden AS pertama yang dimakzulkan oleh Kongres. Seperti dikutip dari Andrew Johnson: Domestic Affairs yang ditulis Elizabeth R. Varon, Johnson dituduh melakukan kejahatan tingkat tinggi dan melakukan tindak kriminal.
Presiden AS ke-37, Richard Nixon, menjadi presiden AS kedua yang dimakzulkan akibat Skandal Watergate yang disebut-sebut sebagai skandal politik terbesar dalam sejarah AS. Skandal ini dimulai dengan pembobolan markas Komite Nasional Demokrat (DNC) pada 17 Juni 1972 di Watergate Office Building, Washington.
James M. Perry dalam Watergate Case Study menyebutkan, tak lama setelah lima orang pembobol markas DNC ditangkap, pers dan Kejaksaan AS menemukan hubungan antara uang tunai yang dicuri dengan dana yang digunakan oleh Komite Kampanye Pencalonan Kembali Nixon sebagai Presiden AS.
(Baca: Pemakzulan Trump Tahan IHSG dan Indeks Saham Utama Asia di Zona Merah)
Catatan redaksi: Tulisan ini direvisi karena ada kesalahan alur waktu antara sidang pemakzulan dan pidato kenegaraan Donald Trump.