Sulap Lahan Ganja jadi Tanaman Kopi, Buwas Rilis Kopi Jenderal
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso memperkenalkan bisnis baru di bidang olahan komoditas perkebunan. Dia pun resmi meluncurkan kedai Jenderal Kopi Nusantara di lobby kantor Bulog, dengan produk unggalan bernama 'Kopi Ganja' atau pecampuran jenis kopi Gayo dan Jawa.
Buwas, panggilan akrab Budi Waseso, menceritakan awal mula keterlibatannya masuk ke bisnis kopi. Bermula ketika dirinya menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2018 dan menemukan ladang ganja subur di Aceh.
Dia pun lantas berpikir untuk mengubah lahan yang semula kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat dengan menggantinya dengan tanaman lain, yakni kopi. Ide tersebut ia dapat ketika bertolak Kolombia, saat menangani kasus narkotika.
(Baca: Masalah Bulog di Masa Buwas, dari Hilangnya Rastra hingga Mafia Beras)
Buwas pun mempelajari jenis tanah, udaranya, ketinggiannya sangat baik untuk ditanam ganja yang sepertinya juga cocok untuk ditanami kopi.
"Tapi alternative development tidak bisa ganja, harus berubah. Sebab ganja kurang bermanfaat. Salah satu ide dari Kolombia mengatakan kopi. Karena ketinggian 1.200-1.400 meter itu bagus untuk kopi dan hasilnya berkualitas," kata dia sela peluncuruan di Jakarta, Rabu (19/2).
Singkat cerita, dia pun akhirnya berhasil menerapkan alternatif perkebunan ganja itu menjadi tanaman kopi.
Di sisi lain, ide mengembangkan bisnis kopi juga muncul karena adanya desakan petani kopi yang bingung menjual hasil saat panen. Alhasil, kopi yang telah dipanen ditampung dan dijual ke luar negeri seperti Eropa dan Meksiko.
Menurutnya, ekspansike luar negeri pun membuahkan hasil yang cukup baik, yang mana saat ini sudah ada tujuh negara telah menjadi konsumen tetap dari Kopi Jenderal miliknya. "Hasilnya mengejutkan sampai Eropa luar biasa, akhirnya saya terkonsentrasi dengan produk di sana. Ada tujuh negara yang minta terus," kata dia.
Terkait ekspansinya ini, Buwas pun mendapat apresiasi dari Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Menurutnya, langkah tersebut mampu mengangkat derajat kopi Nusantara di kancah internasional. Upaya ini juga membuka peluang Usaha Mikro Kecil dan Menangah (UMKM) untuk naik kelas.
Untuk mendukung bisnis komoditas ini, Kementerian Perdagangan menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan jumlah Rp 50 juta tanpa agunan bagi UMKM. "Perwakilan UKM di sini ada program KUR yang dilaksanakan dengan bunga 6% untuk pelaku usaha kecil," kata dia.
(Baca: Bulog Ekspor 100 Ton Beras ke Arab Saudi Pekan Ini)
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, tren ekspor kopi Indonesia dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 1,14% per tahun. Menuurt jenisnya, ekspor produk olahan kopi meningkat sebesar 20,04% menjadi US$ 571,48 juta. Sementara untuk ekspor biji kopi justru menurun 31,25% menjadi US$ 815,93 juta dari 2017 yang sempat mencapai US$ 1,2 miliar.
Adapun Filipina menjadi negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia, yaitu sebesar 30% dari total eksppor kopi Indonesia dengan nilai US$ 421 juta. Ekspor kopi ke Filipina didominasi oleh kopi instan sebesar 99,7%.
Amerika Serikat menduduki peringkat dua sebagai importir kopi Indonesia dengan nilai transaksi sebesar US$ 255 juta atau 19% terhadap total ekspor kopi Indonesia.
Di sisi lain, permintaan dan tingkat konsumsi kopi dunia terus meningkat. Beberapa negara tercatat sebagai pengkonsumsi kopi terbesar di antaranya yakni Brasil, Indonesia dan Venezuela sebagaimana yang ditampilkan dalam databoks berikut.