Danantara Turun Tangan soal Utang Jumbo Kereta Cepat Jakarta – Bandung Whoosh

Nur Hana Putri Nabila
24 Juli 2025, 06:30
danantara mencari cara untuk bayar utang whoosh, kereta cepat jakarta-bandung,
ANTARA FOTO/Abdan Syakura/rwa.
Sejumlah calon penumpang menunggu kedatangan kereta cepat Whoosh di peron Stasiun Whoosh Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (23/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Danantara Indonesia masih mengkaji operasional proyek kereta cepat Jakarta – Bandung. Selain itu, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara masih mencari solusi jangka panjang untuk menyelesaikan utang proyek ini.

Chief Operating Officer atau COO Danantara Dony Oskaria mengatakan tengah menyiapkan sejumlah alternatif solusi terkait proyek jumbo itu. Rencana penyelesaiannya akan segera diusulkan kepada pemerintah.

“Tetapi kami ingin penyelesaian kali ini komprehensif dan tidak mengganggu kinerja kereta api Indonesia ke depan,” kata Dony kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/7). 

Proyek kereta cepat Jakarta – Bandung itu dibangun melalui konsorsium beberapa BUMN seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya (WIKA), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Kereta Cepat Jakarta - Bandung, atau disebut juga Kereta Cepat Whoosh, dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dana pembangunannya berasal dari ekuitas atau modal KCIC 25% dan 75% dari utang ke China Development Bank (CDB).

Berdasarkan laporan dari Komisi VI DPR, awalnya biaya pembangunan Kereta Cepat Whoosh dipatok US$ 6,07 miliar atau Rp 97 triliun (kurs Rp 16.000 per dolar AS).

Biaya pembangunan awalnya ditutup dari pembiayaan ekuitas KCIC US$ 1,52 miliar dan utang CDB US$ 4,55 miliar. Utang CDB ini memiliki tenor 40 tahun, dengan suku bunga 2% per tahun.

Namun, seiring dengan adanya kendala pembebasan lahan dan pandemi Covid-19, biaya pembangunan Whoosh membengkak US$ 1,2 miliar dari target awal, sehingga totalnya menjadi US$ 7,28 miliar atau Rp 116 triliun.

Pembengkakan biaya itu ditutup melalui penambahan modal KCIC menjadi US$1,82 miliar dan utang ke CDB menjadi US$ 5,45 miliar. Modal KCIC didapatkan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan Beijing Yawan HSR Co.Ltd.

PSBI adalah konsorsium atau himpunan badan usaha milik negara yang tergabung dalam KCIC, yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN).

Sementara itu, Beijing Yawan HSR Co.Ltd adalah konsorsium perusahaan perkeretapian Cina yang ikut patungan membentuk KCIC.

Anggota konsorsium Cina itu meliputi Sinohydro, China Railway International (CRIC), China Railway Engineering Corporation (CREC), China Railway Rollingstock Corporation (CRRC), dan China Railway Signal and Communication (CRSC).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...