Bahlil Sebut Impor Migas hingga US$15 Miliar dari AS Tunggu Hasil Nego Tarif


Rencana Pemerintah Indonesia untuk merealisasikan impor minyak dan gas bumi (migas) dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS) sangat tergantung pada hasil proses negosiasi dengan negara tersebut. Hal ini menyusul kebijakan Presiden Donald Trump menetapkan tarif sebesar 32% bagi barang-barang asal Indonesia yang masuk ke AS mulai Agustus 2025.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, Indonesia sudah mengalokasikan potensi impor energi dari AS senilai US$ 15 miliar. Namun untuk merealisasikan potensi itu bergantung pada kelanjutan dan hasil negosiasi tarif antara kedua negara.
“Kami dari ESDM sudah mengalokasikan impor sekitar US$ 15 miliar, sekitar 10 sampai 15 miliar dolar AS untuk belanja di Amerika, kalau tarifnya juga diturunkan. Tapi kalau tidak, berarti kan tidak ada deal dong,” kata Bahlil di DPR, Senin (14/7).
Meski begitu, dia mengaku belum mengetahui perkembangan terakhir negosiasi. Ia menyebut, kewenangan pembahasan ada di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Pak Menko kan sebagai ketua delegasi,” ujarnya.
Rencana Impor Komoditas AS
Sebelumnya, Kementerian ESDM merinci komoditas yang direncanakan diimpor dari AS meliputi liquified petroleum gas (LPG) dan minyak mentah (crude oil).
“Kami membutuhkan LPG, sehingga akan meningkatkan impor dari AS. Kami juga akan mengimpor crude untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, Jumat (4/7).
Menurut Yuliot, selama ini Indonesia memang menggunakan crude asal AS, tapi pembeliannya dilakukan melalui negara ketiga. Ke depan, pemerintah ingin melakukan pembelian langsung dari AS. Hal serupa juga berlaku untuk LPG, yang rencananya akan dialihkan sebagian dari Timur Tengah ke AS.
Sementara untuk impor bahan bakar minyak (BBM), pemerintah belum mengambil keputusan. Pemerintah masih fokus meningkatkan produksi domestik lewat perbaikan kilang dan peningkatan teknologi.
“Untuk BBM, sedang diusahakan peningkatan produksi dalam negeri,” katanya.
Negosiasi RI-AS Berlanjut
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan AS menunda pemberlakuan tarif 32% terhadap produk asal Indonesia.
“Waktunya kita sebut pause. Penundaan ini memberi ruang penyelesaian perundingan yang sedang berjalan,” ujar Airlangga di Brussel, Belgia, Sabtu (12/7).
Penundaan ini merupakan hasil pertemuan Airlangga dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) Jamieson Greer di Washington D.C., Rabu (9/7).
Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan negosiasi selama tiga minggu ke depan. “Tiga minggu ini kita fokus pada finalisasi fine tuning atas proposal yang telah dipertukarkan,” kata Airlangga.
(REVISI: Artikel ini diperbarui pada Selasa, 15 Juli 2025, pukul 00.40 WIB, yaitu revisi pada bagian judul, paragraf pertama, dan paragraf kedua.)