Jepang Krisis Beras: Harga Tembus Rp 88.620 per Kg, Impor dari AS dan Korsel


Harga beras di supermarket Jepang terus melonjak dan mencatat kenaikan selama 16 minggu berturut-turut. Menurut data Kementerian Pertanian Jepang, harga tersebut melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Dalam sepekan hingga 20 April, harga beras rata-rata mencapai 4.220 yen per 5 kilogram, setara dengan US$ 29,38 atau sekitar Rp 88.620 per kilogram.
Pemerintah Perdana Menteri Shigeru Ishiba sudah melepas 210.000 ton beras dari stok darurat sejak Maret, namun upaya ini belum efektif. Hingga akhir Maret, hanya 426 ton atau 0,3%, yang berhasil sampai ke pasar.
"Masalah logistik menyebabkan hanya sebagian kecil dari beras yang dilepas berhasil mencapai toko. Hal ini karena kendala kekurangan kendaraan dan waktu persiapan beras," kata Kementerian Pertanian Jepang dikutip Channel News Asia, Selasa (29/4).
Karena harga tak kunjung turun, perusahaan swasta meningkatkan impor, bahkan dengan membayar tarif tinggi. Kanematsu, salah satu importir besar, menggandakan rencana impornya menjadi 20.000 ton hingga akhir tahun.
"Jika harga terus naik dan terjadi kekurangan beras, kami mungkin akan meningkatkan impor lebih lanjut, tergantung permintaan dalam negeri," ujar juru bicara Kanematsu kepada Reuters.
Shinmei juga berencana mengimpor sekitar 20.000 ton beras dari Amerika Serikat (AS) hingga Juli. Selain itu, satu importir lain yang enggan disebutkan namanya akan membeli 4.000 hingga 5.000 ton.
Menurut laporan harian Nikkei, perusahaan besar seperti Itochu dan Marubeni kemungkinan akan mengikuti langkah ini, meski keduanya belum mengonfirmasi.
Sebagai informasi, Jepang membatasi impor beras tanpa tarif hingga 100.000 ton per tahun, atau sekitar 1% dari total konsumsi nasional, berdasarkan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Jepang Impor Beras Korsel untuk Pertama Kali Sejak 1999
Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, Jepang mengimpor beras dari Korea Selatan guna meredam lonjakan harga dan kemarahan konsumen.
Menurut laporan media lokal NHK, beras Korea Selatan pertama sudah tiba bulan lalu dengan volume 2 ton. Rencananya, akan ada tambahan pengiriman 20 ton lagi dalam beberapa hari ke depan.
Krisis ini mulai mengubah pandangan konsumen Jepang terhadap beras impor. Dulu, beras Thailand yang diimpor pada 1993 banyak tak laku. Kini, situasinya berbeda.
Kantor berita Yonhap melaporkan, ekspor beras Korea Selatan ke Jepang tahun ini bisa mencapai rekor tertinggi sejak 1990. Peluang ekspor juga terbuka bagi produsen dari Amerika Serikat.
Arata Hirano, pemilik restoran di Tokyo, mengaku beralih dari beras Jepang ke beras AS sejak tahun lalu akibat lonjakan harga.
"Harga beras California yang saya gunakan sekarang memang sudah naik dua kali lipat dibandingkan pembelian pertama musim panas lalu, tapi tetap lebih murah daripada beras Jepang," kata Hirano kepada Reuters.
Pelanggan pun tak mempermasalahkan perubahan tersebut. Miki Nihei bahkan
keberatan makan dengan beras impor. "Harga naik terus, jadi saya selalu cari pilihan yang lebih murah," katanya.
Krisis ini dipicu oleh cuaca panas ekstrem yang merusak panen 2023, lonjakan turis yang meningkatkan konsumsi, dan panic buying akibat peringatan badai dan gempa, sehingga beberapa toko membatasi penjualan beras.