Pemerintah Jajaki Proyek Kereta Gantung, 4 Investor Asing Berminat Masuk


Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengungkapkan bahwa pemerintah telah menerima penawaran dan desain untuk pembangunan kereta gantung di dalam negeri. Ia menegaskan bahwa proyek ini tidak akan menggunakan anggaran negara.
"Kami sudah memiliki gambar infrastruktur tersebut. Tahap selanjutnya, para calon investor akan menyampaikan terobosan terkait proyek ini kepada kami," ujar Dudy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/3).
Dudy juga menegaskan bahwa negara tidak akan memberikan dukungan finansial jika pihak swasta terlibat dalam proyek ini. Menurutnya, setiap proyek kereta gantung memiliki potensi investasi hingga Rp 2 triliun.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal mengungkapkan bahwa sudah ada empat negara yang tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan kereta gantung di Indonesia. Proyek ini tidak hanya mencakup Bogor dan Tangerang Selatan, tetapi juga beberapa daerah lain.
"Setidaknya ada dua daerah lain yang meminta pembangunan kereta gantung perkotaan, yaitu Sumatra Barat dan Malang. Rata-rata investasi infrastruktur di keempat wilayah tersebut mencapai Rp 238 miliar per kilometer," kata Risal.
Risal menjelaskan bahwa nilai investasi tersebut sudah termasuk kebutuhan kereta per kilometer. Jika jalur memiliki panjang 10 kilometer, maka investasi yang diperlukan mencapai Rp 2,38 triliun.
Bukan Kereta Wisata, tetapi Transportasi Urban
Risal menegaskan bahwa kereta gantung perkotaan berbeda dengan kereta gantung wisata seperti yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sebab, kereta gantung perkotaan tidak digerakkan oleh kabel seperti di TMII, melainkan menggunakan mesin penggerak di dalam kereta.
Proyek ini difokuskan untuk transportasi urban dan dirancang sebagai feeder bagi MRT Jakarta serta LRT Jabodebek. Rencana jalur yang telah disusun antara lain:
- LRT Feeder: Stasiun LRT Harjamukti – Kawasan Mekarsari.
- MRT Feeder: Stasiun MRT Lebak Bulus – Kawasan Serpong.
Setiap rangkaian kereta gantung terdiri dari satu hingga dua gerbong dengan kapasitas maksimal 300 orang atau sekitar 150 orang per gerbong.
Proses Konstruksi Cepat dan Efisien
Risal optimistis bahwa kereta gantung di kedua titik tersebut dapat beroperasi pada tahun depan. Hal tersebut dimungkinkan karena waktu sejak studi kelayakan hingga penyelesaian konstruksi hanya enam bulan.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan kereta gantung lebih cepat dibandingkan moda transportasi lain karena membutuhkan lahan yang lebih sedikit. Alhasil, kereta gantung dapat menggunakan median jalan sebagai jalurnya, meski kebutuhan tanah tetap diperlukan untuk pembangunan stasiun.
Risal menilai bahwa pembangunan kereta gantung dapat berlangsung dengan cepat, meskipun wilayah konstruksinya memiliki elevasi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sistem infrastruktur yang digunakan dibandingkan dengan kereta wisata.
"Kereta gantung perkotaan berbeda dengan kereta wisata yang menggunakan rel bergerigi. Karena tidak memerlukan pemasangan rel seperti itu, proses pembangunannya dapat dilakukan lebih cepat," kata Risal.