Pelaku Usaha Tekstil Pesimistis Ekspor Mampu Tumbuh 10% Imbas Corona

Image title
23 Maret 2020, 18:57
Seorang pedagang menata kain tekstil dagangannya di Pasar Ikan Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/2/2020). Pelaku usaha industri tekstil pesimistis ekspor akan mampu tumbuh 10%.
ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Seorang pedagang menata kain tekstil dagangannya di Pasar Ikan Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/2/2020). Pelaku usaha industri tekstil pesimistis ekspor akan mampu tumbuh 10%.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pelaku industri pesimistis kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil mampu cemerlang tahun ini. Pandangan pesimis ini diungkapkan oleh pelaku usaha, karena pandemi virus corona menimbulkan situasi ketidakpastian.

Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto mengungkapkan, ekspor produk tekstil akan bergantung sejauh mana pandemi virus corona mempengaruhi demand, tak hanya di Indonesia melainkan juga secara global. Pasalnya, negara-negara tujuan ekspor tekstil juga tengah kesulitan karena pandemi virus corona ini.

"Tiongkok, Korea Selatan maupun Singapura yang lebih dulu kena cirus corona juga masih berjaga-jaga. Sebab Lockdown bukanlah solusi, karena berapa lama negara bisa lockdown tidak ada tahu," ujar Anne dalam konferensi pers bersama dengan pelaku industri tekstil serta Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Senin (23/3).

Sebelumnya, pelaku usaha tekstil dan produk tekstil berharap ekspor mampu tumbuh 10% tahun ini. Namun, karena adanya pandemi virus corona kemungkinan untuk terkoreksi ia katakan cukup besar.

Senada dengan Anne, Ketua Badan Pengurus Nasional (BPN) API sekaligus Direktur Utama PT Dhanar Mas Concern Jemmy Kartiwa mengungkapkan, performa ekspor saat ini masih belum bisa diramalkan, karena masih menunggu pulihnya demand serta efektifnya lockdown di sejumlah negara-negara tujuan ekspor.

"Kita berharap negara yang lockdown segera pulih, saat ini yang paling penting adalah menjaga cash flow," ujar Jemmy singkat.

(Baca: Pandemi Corona Pukul Industri Tekstil, Buruh Terancam PHK)

Anne menambahkan, kalaupun kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil tahun ini sama dengan tahun lalu, maka hal tersebut merupakan prestasi tersendiri. Selain itu, produksi industri tekstil ia katakan akan lebih diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan domestik, karena adanya lockdown serta belum pulihnya demand secara global.

Sekadar informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia sepanjang 2019 tercatat mampu mencapai US$ 12,84 miliar. Artinya, tahun ini, ekspor industri tekstil dan produk tekstil ditargetkan mampu mencapai US$ 14,12 miliar.

Meski demikian, kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia tak selamanya cemerlang. Sebab, pada tahun 2018 impor tekstil justru sangat mendominasi, dengan pertumbuhan mencapai 13,9%, sementara ekspor tekstil hanya tumbuh 0,9%.

Ketimbang ekspor, pelaku usaha industri tekstil dan produk tekstil justru lebih mengkhawatirkan kemungkinan derasnya impor yang akan masuk. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) dan API bahkan secara tegas menyatakan menolak impor tekstil dan produk tekstil.

Jemmy mengungkapkan, industri tekstil saat ini membutuhkan bantuan pemerintah dalam bentuk relaksasi, berupa perlindungan tarif  melalui kebijakan safeguard untuk perlindungan industri hulu/hilir.

Kalangan pelaku industri menginginkan pemerintah memberlakukan persetujuan impor pakaian jadi, sebelum Importasi dilakukan untuk melindungi sektor hilir tekstil dan produk tekstil.

(Baca: Pabrik di Tiongkok Mulai Operasi, Pengusaha Cemas Banjir Impor Tekstil)

Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...