Harbour Energy Mundur dari Proyek Migas Blok Tuna

Mela Syaharani
22 Juli 2025, 12:14
Sebuah kapal berlabuh di sekitar stasiun terapung suplai minyak dan gas lepas pantai di perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). SKK Migas menargetkan pada tahun 2030 produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Sebuah kapal berlabuh di sekitar stasiun terapung suplai minyak dan gas lepas pantai di perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). SKK Migas menargetkan pada tahun 2030 produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas alam sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), atau secara total sebesar 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan perusahaan Premier Oil Tuna b.v (Harbour Energy Group) mundur sebagai pengelola blok migas Tuna. 

“Dia tidak bisa lanjut kalau mitranya terkena sanksi dari AS. Dalam konteks tersebut Harbour juga kelihatannya memiliki ketertarikan investasi lainnya di Laut Utara,” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja Rikky Rahmat Firdaus saat ditemui di kantornya, Senin (22/7).

Blok Tuna merupakan salah satu wilayah kerja migas yang terletak di Laut Natuna Utara. Lokasi ini berdekatan dengan perbatasan Indonesia-Vietnam. Hak pengelolaan Blok Tuna dipegang oleh perusahaan Rusia, Zarubezhneft, bersama Premier Oil Tuna BV dengan masing-masing menggenggam 50% hak partisipasi.

“Kami menugaskan operator hari ini untuk melanjutkan kegiatan FEED. Jadi ini untuk kepentingan Indonesia, kita ingin bisa onstream sesuai target,” ujarnya.

 Dia menyebut pengelolaan blok tuna akan dilanjutkan oleh Zarubezhneft, namun perusahaan ini perlu segera mencari mitra baru pengganti Harbour untuk isa beroperasi. Pasalnya, mereka belum punya pengalaman melaksanakan kegiatan operasional di lapangan, sebelumnya disini sebagai non operator.

"Jadi kami tunggu Zarubezhneft untuk mengkompilasikan siapa saja partner yang akan mengambil share pengelolaan Harbour,” ucapnya.

Meskipun terjadi perusahan pengelola, SKK Migas berharap tidak ada kemunduran jadwal onstream. Blok tuna ditargetkan bisa onstream pada 2028-2029.

“Jadi dari sisi divestasinya kami ingin segera diselesaikan antara partner-partner,” katanya.

Rikky menyampaikan SKK Migas juga mendorong agar Zarubezhneft segera menyelesaikan divestasinya bulan ini. Dia mengatakan Harbour Energy selaku operator sudah bersedia untuk menyerahkan data-data terkait blok Tuna kepada operator berikutnya.

“Ada beberapa perusahaan yang sudah buka data, kemudian juga ada non-disclose agreement antara Harbour dengan beberapa calon investor. Tapi untuk namanya nanti tunggu tanggal mainnya,” ujar Rikky.

Jauh sebelum Harbour mundur, perusahaan asal Rusia yakni Zarubezhneft telah mengumumkan keinginan  hengkang sebagai operator Blok Tuna pada pertemuan awal 2023 dengan SKK Migas dan Harbour Energy-perusahaan induk Premier Oil Tuna BV. Zarubezhneft ingin hengkang karena terdampak sanksi atau pembatasan Uni Eropa dan pemerintah Inggris terhadap Rusia. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...