Prabowo Sepakat Beli Produk Energi dari Amerika, Kapan Pertamina Impor?


Pertamina menunggu pemerintah menerbitkan aturan terkait pembelian produk energi dari Amerika Serikat, baru kemudian mulai mengimpor. Hal ini sebagai bagian dari negosiasi pemerintah Indonesia dan AS terkait tarif impor.
“Untuk melakukan impor, kami perlu dukungan regulasi dari pemerintah. Ini guna menjustifikasi bahwa kami bisa melakukan pengadaan dari sana,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso saat ditemui di Jakarta, Kamis (17/7).
Fadjar mengatakan ada dua komoditas energi yang akan diimpor dari Amerika Serikat, yakni minyak mentah (crude) dan liquified petroleum gas (LPG). Impor energi merupakan salah satu penawaran yang diajukan pemerintah dalam negosiasi dengan AS.
“Pertamina merupakan bagian dari proposal yang disampaikan Indonesia ke Amerika Serikat,” ujarnya.
Dia menyebut Pertamina sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU bersama mitra asal AS. Kerja sama ini terkait optimalisasi pengadaan minyak mentah.
“MoU ini bersifat terbuka. Jadi, kami akan melihat kebutuhan, kapasitas fiskal dan kesiapan kilang untuk menampung,” kata dia.
Fadjar menyampaikan Pertamina sedang mengecek kesiapan kilang yang akan digunakan sebagai tempat penampung minyak mentah impor Amerika Serikat.
“Refinery Development Master Plan atau RDMP kan sebagian sudah selesai. Yang di Balikpapan juga semoga segera selesai. Pastinya kilang-kilang ini sudah siap menampung,” katanya.
Terkait LPG, Fadjar mengatakan ada potensi peningkatan impor dari AS. Jumlah impor elpiji asal AS mencapai 57% dari total kebutuhan nasional pada tahun lalu.
Akan tetapi hingga saat ini belum ada MoU terkait peningkatan impor LPG. “Memang ada penjajakan untuk peningkatan impor ke 60%,” katanya.
Fadjar juga menyampaikan, Pertamina belum bisa menyebutkan total volume dan nominal yang dikeluarkan untuk impor minyak mentah dan LPG dari AS. Hal ini karena adanya perjanjian kerja sama antar-pihak.
“Bahwa tidak boleh ada pengumuman publik terkait dengan kerja sama khususnya energi. Jadi yang penting kami mendukung pemerintah melalui kerja sama ini,” ujar Fadjar.
Selain itu, besaran volume impor produk energi dari Amerika masih dalam tahap negosiasi.