PGN Andalkan Pasokan LNG Domestik di Tengah Defisit Gas Nasional


PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus berupaya memenuhi kebutuhan gas dalam negeri dengan memaksimalkan pasokan gas alam cair (LNG) hasil regasifikasi dari domestik. Langkah ini dilakukan menyusul potensi defisit gas nasional yang mulai terasa.
“Sekali lagi, saya tidak sepenuhnya bilang harus impor, tapi saya mencoba mendapatkan LNG yang diproduksi dari domestik dahulu,” ujar Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko, di Amanaia, Kamis (17/7).
Arief menjelaskan, saat ini produksi gas nasional mencapai sekitar 6.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), dengan alokasi domestik sebesar 3.300–3.500 MMSCFD. Meski secara angka mencukupi, penyaluran belum optimal karena kendala perbedaan lokasi produksi, permintaan, dan waktu.
Selain dari dalam negeri, PGN juga berharap bisa memanfaatkan pasokan LNG dari portofolio internasional Pertamina, tanpa perlu izin impor.
“Pertamina punya portofolio internasional, dari Amerika dan beberapa lokasi lain yang akan diinovasi ke PGN. Saya berharap kami bisa memiliki itu dan memakainya untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Arief.
Arief menegaskan, pihaknya tidak berencana mengajukan izin impor LNG karena hal itu bertentangan dengan kebijakan Kementerian ESDM.
Penjelasan Menteri ESDM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui defisit gas bumi terjadi akibat lonjakan konsumsi domestik dan kesalahan kalkulasi dalam neraca gas nasional.
PGN mencatat, keseimbangan pasokan gas nasional mulai menurun pada periode 2025 hingga 2035. “Setelah dilakukan review, seharusnya produksi gas memang diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Bahlil dalam siaran pers, dikutip Jumat (2/5).
Pemerintah tetap berkomitmen untuk tidak mengimpor gas. “Sampai dengan hari ini tidak ada impor gas, dan kami berusaha maksimal untuk itu,” katanya.
PGN mencatat, keseimbangan pasokan gas nasional mulai menurun di wilayah Sumatra Utara, Sumatra bagian selatan hingga Jawa Barat, serta Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penurunan terbesar terjadi di Sumatra bagian selatan hingga Jawa Barat, dengan defisit yang diperkirakan mencapai 513 MMSCFD pada 2035.
“Ini disebabkan penurunan natural dari pemasok yang belum dapat diimbangi dengan penemuan cadangan baru dan produksi dari lapangan gas bumi baru,” ujar Arief pada Kamis (28/4).
Pemerintah menargetkan kenaikan produksi gas nasional pada 2026–2027, seiring dengan rencana pengalihan jatah ekspor untuk memenuhi kebutuhan domestik.