Pertamina Sudah Teken Kesepakatan Impor Minyak Mentah dari Perusahaan AS


PT Pertamina (Persero) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan sejumlah perusahaan asal Amerika Serikat (AS) untuk optimalisasi pengadaan minyak mentah bagi kebutuhan kilang di Indonesia.
“Pertamina mendukung kebijakan pemerintah, salah satunya dengan menjalin kerja sama pengadaan feedstock dari mitra kami di AS,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, di Grha Pertamina, Rabu (16/7).
Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk meningkatkan impor komoditas energi dari AS dan menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald J. Trump sebelumnya menyebut Indonesia telah mencapai kesepakatan dagang, di mana produk Indonesia dikenakan tarif resiprokal sebesar 19%, turun dari sebelumnya 32%.
Meski demikian, Fadjar belum mengungkap nama perusahaan mitra karena terikat perjanjian kerahasiaan atau non-disclosure agreement antar kedua belah pihak.
“Kami belum bisa menyebutkan (detailnya). Karena ini skema business to business (B2B), berbeda dengan government to government. Dalam B2B ada beberapa hal yang memang tidak bisa kami sebutkan detail, jadi mohon dihormati,” ujarnya.
Begitu juga dengan volume impor yang masih dalam tahap negosiasi. “Belum bisa kami sampaikan karena prosesnya masih berjalan dan terus berkembang,” tambah Fadjar.
Fadjar memastikan, seluruh rencana impor dilakukan secara bertahap dan dikoordinasikan dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Selain minyak mentah, Pertamina juga akan meningkatkan impor liquified petroleum gas (LPG) dari AS, meskipun saat ini sudah mendominasi 57% dari total volume impor LPG nasional.
“Tapi ini juga membuka peluang peningkatan (impor), tergantung hasil negosiasi pemerintah,” katanya.
Ia menegaskan, sejauh ini hanya dua komoditas energi yang masuk dalam pembahasan tambahan impor dari AS. “Sampai saat ini yang dibahas baru minyak mentah dan LPG,” ujarnya.
Chevron dan Exxon
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyebut pemerintah telah membuka komunikasi dengan sejumlah perusahaan migas besar asal AS, seperti ExxonMobil dan Chevron, untuk memasok minyak secara langsung ke Indonesia.
“Selama ini mereka memasok ke Singapura, jadi catatan impornya bukan dari AS karena masuk lewat negara lain. Ke depan, kami upayakan pasokan langsung dari AS,” ujar Yuliot.
Exxon dan Chevron diketahui memiliki kapasitas produksi global masing-masing 5,5 juta dan 3 juta barel per hari.