ESI Ungkap Alasan Industri Batu Bara Masih Setengah Hati Lakukan Transisi Energi

Mela Syaharani
17 Juni 2025, 17:58
Foto udara kapal tongkang bermuatan batu bara menyusuri Sungai Batanghari di kawasan Tanggo Rajo, Gentala Arasy, Jambi, Kamis (10/4/2025). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan tarif royalti minyak dan batu bara (mine
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/Spt.
Foto udara kapal tongkang bermuatan batu bara menyusuri Sungai Batanghari di kawasan Tanggo Rajo, Gentala Arasy, Jambi, Kamis (10/4/2025). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan tarif royalti minyak dan batu bara (minerba) mengalami kenaikan pada April pekan kedua.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Energy Shift Institute (ESI) mengungkapkan alasan mengapa belum banyak perusahaan batu bara yang menjalankan transisi energi saat ini. Principal Researcher and Indonesia Coal Transition Lead ESI, Hazel Ilango, menyebut hal ini salah satunya disebabkan oleh kebijakan pemerintah.

Dia menyebut kebijakan seperti kenaikan tarif royalti, kewajiban hilirisasi batu bara, dan pemenuhan domestik market obligation (DMO) menambah tekanan bagi industri batu bara di Indonesia. Meskipun menurutnya setiap kebijakan ini memiliki tujuan yang jelas, baik untuk meningkatkan pendapatan pemerintah ataupun pemenuhan pasokan domestik.

“Namun ketika kebijakan ini dijalankan bersamaan akan menciptakan tarik ulur yang nyata. Menekan margin keuntungan, ruang gerak finansial perusahaan sekaligus mengurangi kemauan perusahaan untuk berinvestasi dalam diversifikasi atau rencana transisi,” kata Hazel dalam acara diskusi di Jakarta, Selasa (17/6).

Dalam laporan ESI yang bertajuk Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty, mereka menganalisis 12 perusahaan batu bara Indonesia yang menghasilkan setengah dari total produksi pada 2023. 

Perusahaan-perusahaan tersebut yakni Indika Energy, Indo Tambangraya Megah, Adaro Andalan (AADI), ABM Investama, Bukit Asam, Geo Energy Resources, Prima Andalan Mandiri, Harum Energy, Bayan Resources, Bumi Resources, Golden Energy Mines, dan Baramuti Suksessarana.

Hazel mengatakan dalam laporan tersebut, terdapat analisis yang menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan batu bara masih kurang berminat untuk berinvestasi di bidang transisi energi. Hal ini dapat dilihat dari rencana perusahaan, berikut hasilnya.

Indika Energy

  • Telah memiliki rencana jangka panjang atau penetapan target net zero emission
  • Telah memiliki penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Telah berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Indo Tambangraya Megah

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Telah memiliki rencana awal/parsial penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Telah mempunyai rencana awal/parsial memperluas ke bisnis non-batu bara

Adaro Andalan (AADI)

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Telah memiliki rencana awal/parsial penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

ABM Investama

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Telah memiliki rencana awal/parsial penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Telah mempunyai rencana awal/parsial memperluas ke bisnis non-batu bara

Bukit Asam

  • Telah memiliki rencana jangka panjang atau penetapan target net zero emission
  • Telah memiliki penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Geo Energy Resources

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Tidak memiliki rencana penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Prima Andalan Mandiri

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Tidak memiliki rencana penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Harum Energy

  • Telah memiliki rencana jangka panjang atau penetapan target net zero emission
  • Telah memiliki rencana awal/parsial penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Bayan Resources

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Tidak memiliki rencana penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Bumi Resources

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Tidak memiliki rencana penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Golden Energy Mines

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Tidak memiliki rencana penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Baramuti Suksessarana

  • Telah memiliki rencana awal/parsial terkait penetapan target net zero emission
  • Tidak memiliki rencana penurunan target emisi yang ingin dicapai
  • Tidak berencana memperluas ke bisnis non-batu bara

Selain faktor kebijakan, Hazel mengatakan industri batu bara Indonesia saat ini juga menghadapi masalah penurunan permintaan dari Cina. Pada 2024, negeri panda memenuhi 81% pertumbuhan permintaan diisi oleh energi bersih, sementara 19% dipenuhi oleh bahan bakar fosil.

“Seiring meningkatnya peran energi terbarukan dalam pemenuhan permintaan, maka ketergantungan terhadap batu bara secara bertahap akan menurun,” katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...