Panjat pinang bukan sekadar rutinitas di momen perlombaan 17 Agustus. Menilik ke belakang, permainan ini ternyata bernilai sejarah sebab telah diperkenalkan sejak negara Belanda masih menduduki Indonesia. Ketika itu, masyarakat memperebutkan hadiah berupa keju, gula, dan kemeja yang masih menjadi barang mewah. Panjat pinang kemudian diadopsi hingga saat ini sebagai permainan dengan makna gotong-royong.
Uniknya, panjat pinang ternyata juga dikenal di berbagai belahan dunia dengan sebutan yang beragam. Salah satunya adalah Gostra, sebutan panjat pinang di Malta. Di negara Eropa Selatan ini, panjat pinang menggunakan tiang sepanjang 10 meter berlumur minyak yang ditancapkan dengan kemiringan 45 derajat. Berbeda dengan panjat pinang Indonesia, Gostra justru menjadi olahraga yang secara khusus difestivalkan setiap tahunnya.
Semaraknya panjat pinang juga dapat dirasakan hingga Inggris. Di negeri Ratu Elizabeth II, permainan ini disebut dengan Greasy Pole dan diadakan di atas bentangan laut. Menariknya, hadiah yang tidak berhasil direbut dalam perlombaan akan dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. Sayangnya, Greasy Pole justru dihentikan sejak tahun 2004 karena memakan banyak korban dan mengharuskan penyelenggara membayar biaya asuransi yang tinggi.