Toleransi penduduk di Jakarta tergolong rendah. Meski mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu, Jakarta masih berada dalam kelompok tiga besar indeks kota toleran (IKT) terendah versi Setara Institute pada 2018.
IKT diukur melalui empat indikator utama. Pertama, regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi. Kedua, pernyataan dan tindakan aparatur pemerintah yang kondusif. Ketiga, tingkat pelanggaran kebebasan beragama. Terakhir, tata kelola keberagaman keagamaan.
Secara umum, Jakarta mendapatkan skor 2,88. Angka itu merupakan nilai indeks terendah ketiga di Indonesia. Ibu kota negara ini mendapatkan nilai rendah pada tindakan pemerintah dan regulasi sosial.
Menurut Direktur Setara Institute Halili, IKT Jakarta sebenarnya membaik jika dibandingkan tahun lalu yang berada di posisi terbawah. Namun, dirasa tidak ada gebrakan untuk memperbaikinya.
“Tidak terlalu banyak kemajuan yang kita lihat dari Jakarta, peristiwa intoleransi begitu tinggi," kata Halili.
Berdasarkan studi yang dilakukan Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), ada kecenderungan jika semakin tinggi status sosial maka semakin tinggi kemungkinan untuk bersikap intoleran. Riset tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal serta lingkungan perkotaan yang lebih majemuk tidak mempengaruhi tingkat toleransi individu.
(Baca : Hasil Survei: Semakin Tinggi Status Sosial Ekonomi, Orang Tak Toleran)