Sungai Kali Buntung, Yogyakarta, termasuk salah satu sungai yang kumuh dan kotor. Setiap harinya sampah bertumpuk dan menimbulkan bau tak sedap. Persoalan semakin runyam manakala musim hujan tiba. Air sungai ini meluap dan membanjiri rumah di sepanjang bantaran.
Warga Karangwaru, Yogyakarta, bertahun-tahun menutup mata dengan kondisi sungai Kali Buntung. Setiap harinya sampah menimbulkan bau tak sedap. Kondisi sungai semakin murung manakala warga menjadikannya sebagai tong sampah. Alhasil, sungai Kali Buntung tak menjadi berkah. Malah menjadi sumber bencana sepanjang tahun. Termasuk, bencana banjir yang meluap hingga bantaran sungai.
?Kita ingin mengubah perilaku warga,? kata Sugito. Ia adalah salah satu warga yang tinggal di bantaran sungai ini. Dan bermimpi agar sungai Kali Buntung tak lagi runyam. Beruntung, Karangwaru mendapatkan perhatian utama dari PNPM melalui Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK). Bantuan dana ini atas prestasi mereka yang sukses mengelola dana PNPM Mandiri Perkotaan.
Hampir satu tahun warga berembug. Dan sepakat membenahi kawasan ini. Apalagi warga mesti merelakan tanahnya sebagai jalan dan sarana taman. Pemilik rumah mesti membongkar tembok-tembok yang merapat ke bantaran sungai. ?Kita dapat dana satu miliar,? katanya.
Dana ini menjadi pelecut pembenahan kawasan bantaran sungai. Warga mendukung pembenahan fisik agar sungai kembali asri. Pembangunan Kali Buntung dimulai sejak 2009 secara bertahap. Termasuk pembenahan kali Code. Penataan dua sungai ini masuk dalam proyek Karangwaru Riverside.?Ada yang mencemooh, tapi kesadaran muncul setelah mereka dilibatkan dalam proses penataan. Bahkan warga rela memberikan tanah dan memotong bangunan di pinggir sungai. Warga yang melaksanakan semua desain perencanaan penataan sungai,? katanya.
Karangwaru Riverside segmen satu dilengkapi gazebo dibeberapa titik untuk ruang publik dan tempat bermain anak. Sejak 2011, revitalisasi juga fokus pada penataan lingkungan, melalui penguatan talud bronjong dengan kolom penyangga dan ring balik, pembuatan jalan setapak di kiri kanan sungai,drainase, ruang terbuka hijau dan pembuatan septic tank komunal limbah domestik.?Pertengahan 2012, warga berhasil menyulap bantaran Kali Buntung di RW 02 yang kumuh menjadi asri. Penataan bantaran sungai di Kali Buntung dilanjutkan sepanjang 150 meter di RW 04,? tuturnya.
Sugito menambahkan, penataan Kali Buntung telah berhasil menyelesaikan segmen keempat sepanjang 120 meter dengan membangun jembatan penghubung dua kampung yakni Blunyahrejo dan Karangwaru. Selain dari PNPM Mandiri, warga juga mendapatkan dana dari Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Permukiman, Kementrian PU, senilai Rp 250 juta.
Melihat kesuksesan warga merevitalisasi Kali Buntung, pemerintah daerah setempat juga turut terlibat dalam pendanaan.
?Selanjutnya, penataan dengan pembangunan jembatan menghubungkan wilayah RW 02 dengan RW 05 panjang 22,5 x 2,25 meter di segmen empat dikerjakan secara swadaya. Mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, seluruhnya dilakukan oleh warga setempat, ? katanya.
Sedangkan segmen lima nantinya dilakukan dengan menata bantaran sungai Code wilayah RW 08. Sementara segmen enam untuk taman kuliner. Rumah warga yang dulunya membelakangi sungai, diubah menghadap ke sungai. Beberapa perbaikan sarana publik terus dilakukan seperti drainase, jalan untuk pedestrian, tanaman, dan penyediaan bak sampah.
Selain memunculkan perubahan fisik, penataan kawasan Kali Buntung ini juga memberikan kegiatan ekonomi produktif bagi 571 Kepala Keluarga miskin yang tinggal di Kelurahan Karangwaru. Salah satunya, kegiatan produktif ibu-ibu PKK di RW 4 dengan membuat sirup markisa berlabel ?Sirup Markisa Kampung Markisa-Karangwaru Riverside?. Markisa ini hasil dari tanaman sepanjang bantaran sungai. ?Ide ini diperoleh dari warga. Pengembangan kawasan tanam an buah-buahan akhirnya dikembangkan dengan mengikuti pelatihan industri rumah tangga yang diadakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Tri Daya Waru Mandiri. Hanya saja bahan baku dan manajemen pengelolaan belum optimal,? imbuh Sugito.
Usaha produktif itu juga memotivasi karang taruna ?Waru Tama? di Kelurahan Karangwaru untuk mendirikan usaha penge lolaan sampah Reduce, Reuse & Recycle (3R) dan kompos, serta menanam tanaman produktif di sepanjang bantaran Kali Buntung, seperti cabe dan sayuran dengan media tanam botol plastik. Selain memiliki nilai tambah ekonomi bagi penghuni di sekitarnya, berbagai tanaman hias di sekitar lahan taman Kali Buntung mempercantik halaman dan jalur pedestrian.
Sugito menambahkan, slogan ?Kaliku Resik Rejekiku Apik? dicanangkan untuk motivasi warga Kelurahan Karangwaru agar memaksimalkan sarana yang dibangun PLPBK. Upaya itu dilakukan dengan pengembangan berbagai potensi masyarakat, seperti kuliner dan kegiatan seni budaya. ?Dari situ potensi warga itu bisa disalurkan karena ada ruang yang bisa dioptimalkan. Misalnya untuk pementasan budaya, aktivitas perekonomian, pariwisata, kuliner dan pemandangan alam,? ujarnya.
Foto & Teks: KATADATA | Donang Wahyu