Air Bersih Mengalir Sampai ke Desa Bengkala

Kolok, Bengkala KATADATA | Donang Wahyu
Penulis: Arsip
31/7/2014, 14.00 WIB

Berpuluh tahun warga Bengkala hidup tanpa akses air bersih yang layak. Daerah ini kering, berbatu, dan terletak jauh dari kota kabupaten. Setiap hari, warga Bengkala harus berjuang demi mendapatkan air bersih, apalagi saat musim kemarau panjang mendera desa seluas 496 hektar ini. Air bersih seakan menghilang ditelan bukit-bukit kering dan berbatu. Saat kemarau, air hampir tidak ada, sementara di musim hujan jalan ke sungai menjadi licin dan airnya keruh, hal ini membuat air tetap tidak bisa dikonsumsi.

Kerinduan warga Desa Bengkala akan hadirnya akses air bersih di lingkungan mereka menjadi penyemangat yang tak bisa dibendung. Setiap hari, warga bergotong royong, ada yang mencangkul, membersihkan semak belukar, dan mengangkat material konstruksi dan pipa. Mereka bekerja sama untuk mengalirkan air bersih dari mata air yang berada di desa tetanga, tepatnya di Dusun Sangburni, Desa Pakisan. Warga memasang pipa berpuluh kilometer dan membangun bak penampungan air bersih untuk kemudian di salurkan ke rumah-rumah warga.

Desa Bengkala merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, provinsi Bali, merupakan Desa tua yang menurut penemuan prasasti diperkirakan berumur 832 tahun. Uniknya, selama turun-temurun desa ini dihuni oleh beberapa warga bisu-tuli, yang dalam bahasa setempat disebut?kolok'. Sampai saat ini Desa Bengkala di huni oleh 600 Kepala Keluarga (KK) atau 2.275 jiwa penduduk Bengkala yang terdiri dari 10 KK warga tuli bisu, dan 590 KK warga normal. Setidaknya hingga kini tercatat masih ada 43 jiwa yang menderita bisu tuli, mulai dari anak-anak hingga orang tua. 

Dalam kehidupan sehari-hari, warga kolok hidup berbaur dengan warga lainnya. Mereka berinteraksi menggunakan bahasa isyarat. Warga normal dan kolok bahkan dapat bekerja sama dan aktif terlibat dalam proses pembangunan dan kegiatan desa. Adalah kolok Getar yang hingga kini turut aktif terlibat dalam proses pipanisasi air bersih di Bengkala. Meski usianya sudah tak lagi muda, namun Getar masih aktif sebagai tim pemelihara air bersih yang mengaliri setiap rumah di Desa Bengkala.

Kolok Getar bertugas memelihara kebersihan dan melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan jaringan pipa. Secara teratur dia memeriksa dan membersihkan bak penampungan. Jika sudah banyak endapan, segera dibersihkan. Tak jarang ia harus berjalan menyusuri pinggir jurang dan hutan untuk memeriksa dan memperbaiki jika ada saluran air yang rusak. Semua dilakukannya dengan perasaan senang, agar sumber kehidupan itu tak berhenti mengalir hingga ke rumah-rumah warga.

Setiap pelanggan dikenakan biaya sebesar lima ribu rupiah per-bulan untuk pemakaian air hingga 20 kubik. Jumlah ini dinilai cukup untuk kebutuhan harian rumah tangga. Setiap rumah juga dikenakan biaya berlangganan Rp 25.000 dan pada instalasi awal, mereka membeli water meter sendiri. Uang yang terkumpul dari pelanggan oleh panitia digunakan untuk pemeliharaan sarana air bersih. Termasuk biaya perbaikan pipa jika terjadi kebocoran serta pemeliharaan bak penampungan. 

Bagi warga yang memanfaatkan air untuk keperluan usaha,dikenakan biaya yang berbeda. Ini dilakukan agar masyarakat dapat lebih bijak dalam menggunakan air. Selain itu warga juga diharapkan dapat bersama-sama memelihara sarana air bersih ini. Keberadaan air bersih yang sudah mengalir sampai ke rumah-rumah warga ikut mempengaruhi pola kehidupan warga Desa Bengkala. Karena air yang dikonsumsi juga dijamin bersih, kesehatan wargapun meningkat.

 

 

Foto & Teks:  KATADATA | Donang Wahyu

Reporter: Donang Wahyu