Keseharian di Rusun Marunda

Arief Kamaludin | KATADATA
Penulis: Arsip
19/9/2014, 14.44 WIB

Sejak tahun 2007 Pemerintah DKI Jakarta membangun Rumah Susun (rusun) Marunda untuk masyarakat penghuni kawasan kumuh yang tinggal di daerah berbahaya seperti daerah bantaran kali dan di bawah jalan tol. Pemerintah DKI membangun 38 blok untuk 3.800 keluarga. Satu blok terdiri dari 100 unit. 9 blok dibiayai langsung DKI, sedangkan lainnya akan didanai developer dan pemerintah pusat. Ada 30-50 developer yang terlibat dalam konsorsium di rusun Marunda itu.

Ada 26 blok rusun yang telah dihuni di Marunda. 9 blok belum bisa dihuni karena masih butuh renovasi. Lima blok di antaranya telah rampung sehingga tersisa empat blok yang belum direnovasi. Rencana kesembilan blok tersebut diperuntukkan bagi warga Waduk Pluit yang terkena program normalisasi kawasan waduk berikutnya.

Kini Pemerintah DKI Jakarta sedang menggenjot perbaikan blok-blok lain untuk menampung sebanyak-banyaknya warga korban banjir dari kawasan-kawasan terlarang untuk hunian, seperti di area genangan Waduk Pluit. Relokasi warga di area genangan Waduk Pluit diharapkan memudahkan normalisasi waduk. Sebanyak 500 unit bertipe 30 di rumah susun sewa Marunda, Jakarta Utara siap untuk dihuni, dengan harga sewa Rp 304.000 hingga Rp 371.000 sesuai level lantai hunian. Harga sewa perbulan tersebut, di luar tagihan listrik dan air pam.

Warga bantaran Waduk Pluit, merasa bersyukur karena dipindah dan mendapatkan berbagai fasilitas di Rusun Marunda. Mereka juga menikmati bebas biaya sewa rusun selama 3 bulan. Mereka juga diberi kesempatan untuk membuka usaha namin karena sepinya pembeli, banyak dari mereka gulung tikar, hanya sedikit yang bertahan, warga juga terbantu adanya bisnis sayuran hidroponik yang digagas Gunernur Joko Widodo

 

Foto & Teks: KATADATA|Arief Kamaludin

Reporter: Arief Kamaludin