Beberapa hari belakangan warga Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan mengeluhkan bau busuk. Sumber aroma menyengat itu dari ratusan bangkai babi yang mengambang di Sungai Bederah. Padahal sungai itu biasanya digunakan masyarakat di sana untuk mencuci, mandi, bahkan dikonsumsi.
Tak hanya di Bederah, pencemaran ini menyebar ke wilayah lain. Di Kabupaten Dairi itu, bangkai babi juga menjalar di aliran sungai desa Karing, Kecamatan Berampu.
Data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara mencatat sedikitnya 4.682 babi mati diduga akibat wabah virus Hog Kolera dan African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Peternak yang tidak bertanggung jawab membuang bangkai babi itu ke sungai.
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) menyebutkan bahwa ASF disebabkan virus dari famili Asfaviridae, sementara kolera babi disebabkan virus dari famili Flaviviridae. Saat ini, vaksin untuk kolera babi sudah tersedia, namun tidak untuk ASF. Hog Kolera dan ASF dapat menyebar dari babi yang terinfeksi atau dari daging babi segar dan olahan yang terinfeksi.
(Baca: Virus Demam Babi Menyebar, Mentan: Harus Isolasi dan Pemusnahan)
Kedua penyakit ini biasanya timbul karena kondisi peternakan dengan pemeliharaan jorok dan tidak menjaga pola keamanan biologis. Biasanya ini terjadi di peternakan babi konvensional yang kerap lembab, becek, dan basah.
Kemarin Selasa, (12/11/2019), pemerintah setempat mengangkut ratusan bangkai babi itu dari Danau Siombak, Medan Marelan. Petugas menguburkan binatang ini dalam satu lubang dengan menggunanakan alat berat.