Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II surplus US$ 3 miliar. Penyebabnya, surplus neraca transaksi modal dan finansial lebih tinggi dibandingkan defisit neraca transaksi berjalan.
Ia menjelaskan aliran masuk modal asing sejak awal tahun hingga 4 Juli mencapai Rp 170,1 triliun. Porsi paling besar mengalir ke surat berharga negara (SBN) yaitu sebesar Rp 98,5 triliun dan saham Rp 71,5 triliun. “Ada kepercayaan pasar dan investor terhadap prospek dan kebijakan ekonomi Indonesia” kata dia di Kompleks BI, Jumat (5/7).
(Baca: Hingga Awal Juli 2019, Banjir Dana Asing Capai Rp 170 Triliun)
Maka itu, ia memperkirakan surplus neraca transaksi modal dan finansial bisa lebih tinggi dari defisit transaksi berjalan. Adapun defisit transaksi berjalan diperkirakan tak akan melebihi 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, kepastiannya masih harus menunggu rilis data neraca perdagangan Jni dari Badan Pusat Statistik.
Ia menambahkan, indikasi surplus neraca pembayaran juga dapat dilihat dari kenaikan cadangan devisa. "Anda bisa membandingkan kenaikan cadangan devisa dari akhir Maret ke akhir Juni itu sebetulnya jumlah surplus dari neraca pembayaran," ujarnya.
(Baca: Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Rekor Terburuk, NPI Bisa Surplus)
BI baru saja mengumumkan cadangan devisa sebesar US$ 123,8 miliar pada akhir Juni, naik US$ 3,5 miliar dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya. Penyokong utamanya devisa migas dan valas, serta penarikan utang luar negeri oleh pemerintah.