Awal Tahun 2020, Optimisme Pebisnis Diramal Makin Turun

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Ilustrasi. BPS mencatat Indeks Tendensi Bisnis Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I 2020 sebesar 102,9, turun dibanding kuartal sebelumnya 104,82.
5/2/2020, 22.34 WIB

Optimisme pebisnis diperkirakan makin tergerus pada awal tahun ini. Penurunan optimisme tersebut tercermin dari perkiraan Indeks Tendensi Bisnis Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I 2020 sebesar 102,9, turun dibanding kuartal sebelumnya 104,82. 

"Kondisi bisnis pada kuartal I 2020 masih tumbuh, tetapi dengan tingkat optimisme yang lebih rendah dibandingkan  kuartal IV 2019," ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (5/2). 

Penurunan optimisme tersebut terjadi akibat order luar negeri yang diperkirakan menurun. Hal ini terlihat dari nilai indeks sebesar 99,16. BPS mengukur indeks dengan skala 0-200. Adapun nilai indeks di bawah 100 mencerminkan kondisi yang lebih buruk dibandingkan kuartal sebelumnya. 

(Baca: Rata-rata Pendapatan Penduduk Indonesia Setahun Rp 59 Juta)

Kendati demikian, BPS melihat optimisme terhadap permintaan dari dalam negeri masih cukup baik. Indeks order dalam negeri, harga jual produk, dan order barang input masing-masing sebesar 106,82, 104,46, dan 101,16.

Melemahnya optimisme pebisnis sudah terjadi sejak kuartal IV 2019. BPS mencatat Indeks Tendensi Bisnis pada kuartal tersebut sebesar 104,82, turun dibanding kuartal sebelumnya 105,33.

Suhariyanto merinci, tendensi bisnis terendah pada periode tersebut terjadi pada kategori lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan indeks 97,09. Sementara itu, tingkat optimisme pelaku bisnis tertinggi terjadi pada kategori lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dengan indeks 115,48.

(Baca: Makin Melambat, Ekonomi RI Kuartal IV 2019 Hanya Tumbuh 4,97%)

Di sisi lain, BPS mencatat optimisme konsumen pada kuartal IV 2019 membaik dibanding kaurtal sebelumnya. Indeks Tendensi Konsumen naik dari 101,3 menjadi 107,86. 

Peningkatan tendensi ekonomi konsumen tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan dan konsumsi rumah tangga, serta tidak berpengaruhnya inflasi terhadap tingkat konsumsi. "Peningkatan tendensi ekonomi konsumen di tingkat regional terjadi di seluruh provinsi, kecuali di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang cenderung stagnan," ucap dia.

Reporter: Agatha Olivia Victoria