Meski Anak Usaha Bermasalah, Duniatex Bayar Cicilan Kredit ke Mandiri

Dok. Duniatex
Sejumlah pekerja mengawasi produksi kain di salah satu pabrik milik Grup Duniatex. Bank Mandiri menegaskan bahwa kredit yang disalurkan kepada Duniatex tidak mengalami masalah karena yang tengah menghadapi gagal bayar adalah entitas anak Grup Duniatex yakni PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
28/8/2019, 19.58 WIB

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memastikan kredit yang disalurkan kepada Grup Duniatex masih dalam kategori kolektibilitas 1 atau lancar. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan menjelaskan, sejak 2002 hingga Juni 2019, Duniatex tidak pernah menunggak pembayaran cicilan kreditnya kepada Bank Mandiri.

Panji juga menjelaskan bahwa Duniatex dalam waktu dua tahun terakhir telah menurunkan outstanding kreditnya dari Rp 5,5 triliun menjadi Rp 2,2 triliun per Juli 2019. Agunan yang dijaminkan Duniatex kepada Bank Mandiri pun memiliki coverage ratio sebesar 160% dari nilai utang.

"Tidak pernah menunggak pembayaran cicilan kredit. Itu kenapa di buku kami masih kol-1. Coverage ratio-nya juga bagus, tapi semua sedang kita upayakan beragam cara untuk melakukan restrukturisasi," jelasnya di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (28/8).

(Baca: Kredit Bank Mandiri ke Duniatex Rp 1,7 Triliun, Belum Kategori Macet)

Pada kesempatan yang sama, Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas turut menegaskan bahwa yang saat ini menghadapi gagal bayar (default) kupon obligasinya adalah anak usaha Duniatex Grup yakni PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT).

Sebagai informasi, anak usaha Duniatex Grup, DMDT mengalami gagal bayar (default) kupon obligasi. Gagal bayar ini terjadi hanya berselang empat bulan dari penerbitan obligasi tersebut pada Maret 2019, yang bernilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,26 triliun dengan kupon 8,625% per tahun.

"Masih lancar karena ini yang macet anak perusahaannya. Kita (kasih) loan-nya ke PT Duniatex, perusahaan berbeda. Yang gagal bayar bonds itu anak usahanya, jadi beda entitas. Saat ini secara legal (Duniatex) masih lancar," tegas Rohan.

(Baca: Fitch Ungkap Problem Berat Keuangan Grup Duniatex)

Akibat gagal bayar obligasi tersebut, Standard and Poor's (S&P) memangkas peringkat surat utang DMDT dari BB- menjadi CCC- (junk bond). Menurut lembaga pemeringkat global itu, perusahaan tekstil yang berkantor pusat di Solo ini menghadapi masalah likuiditas yang serius.

Sedangkan Fitch Ratings menurunkan peringkat kredit DMDT dari BB- menjadi B-. Fitch menyoroti tekanan pembiayaan kembali dan risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. Kasus gagal bayar ini juga berisiko membatasi akses perusahaan ke perbankan dan pasar modal.

Saat ini Duniatex tengah menghadapi tantangan pada bisnisnya seiring dengan dampak perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok yang membuat permintaan tekstil mengalami penurunan. Alhasil, kinerja keuangan perusahaan pun mengalami tekanan.

(Baca: Ancaman Produk Tiongkok ke Industri Tekstil Dalam Negeri)

Reporter: Ihya Ulum Aldin