Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai banyaknya bank asing yang masuk ke tanah air tidak menjamin akan mendulang kesuksesan. Menurutnya, kinerja bank asing di dalam negeri masih kalah dengan bank-bank nasional.
"Kenyataannya, kalau Anda lihat dari 1998, bank-bank asing tidak ada yang kinclong," kata Jahja kepada Katadata.co.id saat ditemui di Jakarta, Rabu (30/10).
Menurutnya, hanya segelintir saja bank asing yang sukses berkiprah di dalam negeri, salah satunya Bank OCBC NISP. "Tapi, yang lain so-so saja lah, tidak terlalu spektakuler. Malah kalau saya lihat, Bank Mandiri, BNI, BRI itu jauh lebih maju perkembangannya," kata Jahja menambahkan.
Menurut dia, agar sukses berkiprah di Indonesia, bank-bank asing tersebut harus mengetahui budaya dan bagaimana memperlakukan nasabah di tanah air karena pengenalan akan nasabah sangat penting. Karena itu, bank lokal bisa menjadi kuat karena kemampuan yang jauh lebih kuat dalam mengelola hubungan dengan nasabah.
(Baca: Bank Asing Masuk Makin Ramai, Perbanas: Bank Nasional Harus Ubah Fokus)
Dengan mengetahui budaya, perlakuan, dan mampu memiliki hubungan yang baik dengan nasabah dalam negeri, hal tersebut akan berdampak positif untuk penyaluran pinjaman, pendanaan, maupun sistem pembayaran bank tersebut. "Kalau cuma modal teknik perbankan, tidak masuk, tidak laku, tapi harus lebih dari itu. Itu yang harus dihayati," kata Jahja.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, sempat menjelaskan perihal tingginya minat bank asing masuk ke pasar Indonesia.
Menurutnya, bank asing akan menjadi solusi untuk memperkuat permodalan perbankan nasional. "Tidak banyak pemodal yang mampu untuk mendanai permodalan bank dalam sekala besar," kata Kartika yang saat itu juga masih menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri (Persero), di Jakarta, Jumat (18/10).
Perbankan Jepang Meramaikan Industri Perbankan Tanah Air
Seperti diketahui, beberapa bank asing, khususnya bank yang berasal dari Asia, melakukan ekspansi ke pasar Indonesia dengan mencaplok saham bank nasional.
(Baca: Bank China Construction Jual Saham Baru 65%, Sinar Mas Siap Beli)
Pada 1 Februari 2019, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk resmi beroperasi sebagai bank baru hasil penggabungan (merger) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).
Merger tersebut dilakukan setelah BTPN dicaplok oleh bank asal Jepang yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC). Usai menyelesaikan transaksi pembelian saham milik publik (tender offer), saat ini SMBC memiliki 96,89% saham BTPN.
Lalu, kembali bank asal Jepang yakni Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) mengakuisisi dua bank sekaligus yaitu Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP). MUFG pun menggabungkan kedua bank tersebut pada 1 Mei 2019, dengan kepemilikan saham di perusahaan baru sebanyak 94,1%.
Selain itu, kabar yang santer beredar tahun ini, Bank Permata Tbk (BNLI) diminati oleh beberapa bank asing, setelah pemegang sahamnya saat ini yaitu Standard Chartered Bank berniat melepas kepemilikan sebesar 44,56% di bank tersebut.
Bank asing yang berminat untuk mencaplok bank Permata yaitu DBS Group Holding asal Singapura, Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC) asal Singapura, dan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMBC) juga dikabarkan tertarik mengakuisisi.
(Baca: Cemas Gagal Bayar Utang Korporasi, Investor Asing Jual Saham Bank BUMN)