Bangkok Bank memenangkan persaingan dengan sederet bank raksasa Asia -- seperti Sumitomo Mitsui, DBS dan OCBC – untuk menguasai Bank Permata. Bank asal Negeri Gajah Putih tersebut sepakat mengakuisisi 89,12% saham Bank Permata, dengan nilai pembelian Rp 37,43 triliun, 1,77 kali nilai buku. Aksi korporasi tersebut akan dilanjutkan dengan tender offer untuk saham tersisa sehingga total nilai transaksi tersebut berpotensi sekitar Rp 42 triliun.
Lantas, apa pertimbangan di balik keputusan besar Bangkok Bank tersebut? Dalam dokumen keterbukaan informasi, perusahaan menyatakan akuisisi dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat kehadiran Bangkok Bank di Indonesia, negara yang dinilai memiliki prospek positif secara ekonomi.
“(Indonesia) ekonomi terbesar di ASEAN dengan GDP US$ 1,04 triliun dan 267 juta populasi dengan populasi pekerja muda, kelas berpendapatan menengah dan atas yang berkembang, penetrasi digital yang cepat, pertumbuhan kredit yang tinggi, dan besarnya populasi yang belum terlayani oleh perbankan (unbanked),” demikian tertulis dalam dokumen keterbukaan informasi, Kamis (12/12).
(Baca: BCA Akuisisi Rabobank dengan Nilai Transaksi Rp 397 Miliar)
Selain itu, perusahaan ingin menjadi bank regional dengan kehadiran yang lebih besar di pasar-pasar kunci ASEAN. Lewat akuisisi ini, perusahaan juga ingin menangkap peluang baru di tengah integrasi ekonomi dan keuangan ASEAN. Adapun sejauh ini, perusahaan telah hadir di 14 negara, termasuk Indonesia, meskipun statusnya di Indonesia baru sebagai kantor cabang.
Langkah akusisi ini juga bertujuan memfasilitasi perusahaan Thailand dalam ekspansi ke luar negeri. Investasi Thailand ke Indonesia disebut naik 25% secara tahunan sejak 2008. Lebih lanjut, langkah ini digadang-gadang dapat segera meningkatkan pendapatan per saham (EPS) dan tingkat pengembalian modal (ROE) Bangkok Bank.
(Baca: Sebelum Rabobank, Ini Bank-Bank yang Diakuisisi BCA)
Presiden Bangkok Bank Chartsiri Sophonpanich mengatakan optimismenya bahwa bisnis perbankan di Indonesia akan terus tumbuh dengan margin yang sehat. Hal ini berdasarkan pengalaman operasi di Indonesia selama ini. Secara khusus, ia melihat Bank Permata dengan skala yang cukup besar -- bank beraset terbesar ke-12 di Indonesia -- bisa mendukung tujuan perusahaan dalam memperkuat posisi di regional.
"Permata menawarkan platform yang solid dan besar dengan kemampuan yang melengkapi tujuan strategis kami, termasuk memperluas jaringan distribusi, brand retail yang kuat, dan kemampuan digital yang maju,” kata dia. Adapun Bangkok Bank menyatakan komitmennya untuk terus mendukung pendanaan untuk bisnis di segmen korporasi dan UKM, termasuk untuk sektor agrikultur dan otomotif.
Transaksi Pembelian Diharapkan Terlaksana pada 2020
Bangkok Bank telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat dengan Standard Chartered Bank dan Astra International pada Kamis, 12 Desember 2019. Perusahaan berharap transaksi pembelian 89,12% saham Bank Permata bisa terlaksana pada 2020, disusul dengan tender offer wajib untuk 10,88% saham tersisa.
Tender offer adalah penawaran untuk membeli saham suatu perusahaan di atas harga pasar dengan pembayaran tunai, sekuritas maupun keduanya. Tender offer wajib perlu dilakukan seiring perubahan pemegang saham pengendali.
"Bangkok Bank telah mengantisipasi penawaran tender wajib untuk sisa 10,88% saham Bank Permata dengan harga pembelian yang sama," demikian tertulis dalam keterbukaan informasi perusahaan, Kamis (12/12).
Adapun Bangkok Bank membeli 89,12% saham Bank Permata dengan nilai transaksi Rp 37,43 triliun, untuk harga per saham Rp 1.498. Dengan demikian, untuk akuisisi 100% saham dengan harga yang sama, nilai transaksi sebesar Rp 42 triliun.
(Baca: Ramai Bank Asing Masuk ke Indonesia, Bos BCA: Tidak Ada yang Kinclong)
Untuk merealisasikan akusisi tersebut, perusahaan masih harus mendapatkan sederet persetujuan dari pihak terkait. “Aksi korporasi ini masih tergantung pada beberapa kondisi, termasuk persetujuan dari Bank of Thailand dan Otoritas Jasa Keuangan, serta rapat umum pemegang saham,” demikian tertulis dalam siaran pers perusahaan.
Kebutuhan dana untuk akuisisi ini bakal diambil dari sumber internal dan pendanaan rutin Bangkok Bank. Perusahaan optimistis modal tetap tinggi setelah menggelontorkan puluhan triliun untuk akuisisi ini.