Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, ada tiga perusahaan calon emiten yang menunda pelaksanaan pencatatan perdana saham alias initial public offering (IPO). Penundaan tersebut disebabkan fluktuasi pasar saham saat ini karena pandemi virus corona.
"Yang menunda IPO karena pandemi corona ada tiga perusahaan. Tapi karena kerahasiaan, saya tidak bisa sebutkan namanya," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya pada acara konferensi pers secara virtual Jumat (24/4).
Tiga perusahaan yang menyampaikan penundaan tersebut, merupakan bagian dari 18 perusahaan yang masuk dalam pipeline IPO Bursa. Namun Nyoman menilai bahwa secara umum, kondisi serba terbatas ini tidak menyurutkan minat perusahaan untuk mencari pendanaan lewat IPO.
Secara total, sudah ada 26 perusahaan yang melantai di pasar modal tahun ini. Total jumlah tersebut diklaimnya menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Di bursa Malaysia baru ada tujuh perusahaan IPO sejak awal tahun, Thailand baru ada dua IPO, di bursa Singapura baru tiga, dan Filipina baru satu.
(Baca: Analis Sebut IPO Jumbo Bakal Kembali Gairahkan Pasar Modal)
Bahkan, IPO di Indonesia tetap dilakukan meski sudah diperketatnya aktivitas untuk menghambat penyebaran virus corona. Biasanya, IPO dilakukan dengan seremonial saat pembukaan perdagangan, namun tercatat sudah ada delapan perusahaan yang IPO tanpa seremonial sejak 31 Maret 2020.
Nyoman mengatakan, minat perusahaan untuk IPO tidak surut karena merupakan salah satu cara perusahaan mencari pendanaan di tengah kondisi ini untuk melakukan pengembangan usaha. Apa lagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan beberapa relaksasi terkait dengan perpanjangan waktu pelaporan kinerja keuangan perusahaan.
BEI sendiri menargetkan 78 perusahaan perdana mencari pendanaan melalui pasar modal pada 2020, baik melalui skema IPO, maupun melalui pencatatan efek lainnya. Namun tahun ini, khusus IPO, Nyoman pesimis bisa melewati raihan tertinggi Bursa pada 2018 silam yang sebanyak 57 perusahaan IPO.
"Kami harus realistis dengan kondisi yang ada saat ini, dimana 18 pipeline yang masih ada diharapkan semuanya tercatat. Kami tidak mengejar angka, tapi kualitas," kata Nyoman.
(Baca: IPO Tahun ini, Anak Usaha Adhi Karya Target Raih Dana Rp 2,5 Triliun)