Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang sesi pertama perdagangan awal pekan ini, Senin (20/4), naik 0,43% ke level 4.654,85. Meski begitu, indeks melaju sangat fluktuatif karena sempat turun 0,92% ke level 4.592,08 ketika perdagangan baru dimulai.
Sepanjang sesi I 5,01 miliar unit saham diperdagangkan oleh investor dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,77 triliun. Sebanyak 173 saham naik, lalu 177 saham turun, sedangkan 149 saham lainnya stagnan.
Kinerja indeks pada sesi satu ini ditopang oleh indeks sektor konsumer sebesar 1,28%. Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi salah satunya karena naik 2,54% menjadi Rp 7.050 per saham. Begitu pula dengan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang menguat 2% menjadi Rp 6.375 per saham.
Kenaikan lainnya pada saham di sektor agrikultur yang naik 0,78%. Saham yang mendorong kenaikan sektor ini seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik hingga 2,28% menjadi Rp 6.725 per saham. Selain itu, saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang naik 1,99% menjadi Rp 770 per saham.
(Baca: Meski Masih Dibayangi Covid-19, IHSG Diproyeksi Lanjutkan Penguatan)
Arus modal asing di pasar saham pada sesi satu tercatat keluar karena investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) Rp 59,27 miliar di seluruh pasar. Saham yang dilepas oleh asing yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan nilai bersih Rp 14 miliar. Namun, sahamnya naik 1,54% di Rp 6.575 per saham.
Laju indeks di kawasan Asia lainnya, hingga tengah hari ini tercatat beragam, seperti Nikkei 225 Index yang bergerak turun 1,05%. Begitu pun Hang Seng Index dan Strait Times Index yang turun tipis masing-masing 0,01% dan 0,04%. Sementara, Shanghai Composite Index bergerak menguat 0,31%.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai laju indeks yang fluktuatif disebabkan banyaknya sentimen. Salah satunya, kebijakan Amerika Serikat (AS) dalam merespon krisis pandemi corona di sana.
AS berencana menambah pendanaan untuk program perlindungan bagi bisnis kecil. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Minggu waktu setempat, mengatakan bahwa White House dan Kongres sedikit lagi akan mencapai kesepakatan untuk program pinjaman dalam rangka penyelamatan sebesar US$ 349 miliar.
(Baca: 18 Tahun Jadi Emiten, SCBD Milik Tomy Winata Resmi Hengkang dari Bursa)
Sentimen lainnya, masih dari AS yaitu Presiden AS Donald Trump yang kembali mengangkat wacana bahwa Tiongkok yang dengan sengaja menyebabkan wabah virus corona. Menurutnya, harus ada konsekuensi bila Tiongkok mengetahui hal tersebut dan harus bertanggung jawab sepenuhnya.
Meski begitu, Nico menilai bahwa di tengah situasi dan kondisi seperti ini, tidaklah bijak untuk saling menyalahkan satu sama lain. "Apalagi ketika wabah belum bisa dikendalikan, seharusnya lebih terfokus kepada pengendalian wabah dan para korban," kata Nico.