PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) mengungkapkan bahwa negosiasi dengan PT Karakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) terkait akuisisi anak usaha KRAS, PT Krakatau Tirta Industri (KTI) masih menemui jalan buntu. Kedua perusahaan tersebut belum sepakat tentang jumlah saham yang akan diakuisisi.
Direktur Utama PTPP Lukman Hidayat mengatakan bahwa pihaknya ingin mengakuisisi mayoritas saham KTI yang bergerak di bisnis sistem penyediaan air minum (SPAM) ini. Pasalnya, PTPP juga memiliki lini bisnis SPAM dan ingin memperbesar lini bisnis ini.
"Kemarin (dalam negosiasi) kami tidak jadi mayoritas, perundinganya berhenti dulu. Nanti kalau memang sudah ada titik temunya, kami jalan lagi," kata Direktur Utama PTPP, Lukman Hidayat ketika ditemui di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Kamis (3/10).
Saat ini PTPP telah memiliki beberapa SPAM di berbagai daerah seperti Bali, Bekasi, Gresik, Tangerang, serta di Pekan Baru yang masih dalam tahap pengembangan. "Untuk itu kami ingin ambil alih KTI mayoritas untuk kami kembangkan lagi," kata Lukman menjelaskan.
(Baca: PTPP Minat Akuisisi Mayoritas Saham Anak Usaha Krakatau Steel)
Lukman menyampaikan, pihaknya saat ini tengah menyelesaikan valuasi saham KTI. Tapi, dia memperkirakan, untuk mengambil alih 100% saham KTI, dibutuhkan biaya sebesar Rp 800 miliar. "Harapannya, ada pemahaman yang sama (antara PTPP dengan KRAS) kalau kami mau mengembangkan bisnis SPAM ini," ujar Lukman menambahkan.
Sebelumnya, Direktur Keuangan & Manajemen Risiko PP Agus Purbianto menilai KTI memiliki captive market yang bagus dan mampu membukukan keuntungan dari sisi operasional. Ia pun menegaskan, langkah akusisi ini bukan bertujuan menolong Krakatau Steel yang tengah mengalami kesulitan bisnis, melainkan murni terkait bisnis.
PTPP, lanjut dia, ingin memperbesar bisnis di industri SPAM lantaran industri tersebut merupakan hajat hidup orang banyak. "Air bersih itu barang mahal," kata Agus ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (20/8).
Sementara itu dari sisi kinerja, pada semester I 2019, PTPP mencatatkan laba bersih sebesar Rp 363,3 miliar, turun 24% secara tahunan dari Rp 479,7 miliar pada semester I 2018. Turunnya laba bersih terjadi di tengah kenaikan pendapatan usaha sebesar 12,7% secara tahunan menjadi Rp 10,7 triliun.
(Baca: Bayar Utang, Krakatau Steel Akan Lepas Anak Usaha hingga Jual Aset)
Namun, seiring dengan kenaikan pendapatan usaha, beban pokok pendapatan juga naik 15% menjadi Rp 9,2 triliun sehingga laba kotor perusahaan tak bergerak di angka Rp 1,46 triliun.
Pada periode enam bulan pertama tahun ini, PTPP dibebani oleh penurunan nilai persediaan senilai Rp 16,5 miliar. Selain itu, tercatat adanya penurunan laba dari ventura bersama sebesar 52% dari Rp 71 miliar menjadi Rp 34 miliar. Laba entitas asosiasi juga turun hingga 81% menjadi Rp 248 juta.