Hingga Oktober, Penjualan Emas Antam Melonjak 28% Capai 30,5 Ton

KATADATA/Arief Kamaludin
Ilustrasi pengolahan logam mulia. Antam mencatat penjualan emas pada periode Januari-Oktober 2019 mencapai 30,62 ton
Editor: Agustiyanti
5/11/2019, 18.46 WIB

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat penjualan emas pada periode Januari-Oktober 2019 mencapai 30,62 ton, tumbuh 28% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 23,99 ton. Volume penjualan tersebut telah mencapai 95,6% dari target tahun ini sebanyak 32 juta ton. 

"Capaian pertumbuhan penjualan emas menjadi landasan yang solid dalam mencapai pertumbuhan kinerja yang positif," ujar Direktur Niaga Antam Aprliandi Hidayat Setia, dalam keterangan pers yang diterima Katadata.co.id, Selasa (5/10).

Penjualan emas menjadi penopang pendapatan perusahaan dan berkontribusi 69% dari total pendapatan perusahaan sebesar Rp 17,03 triliun selama sembilan bulan pertama pada 2019. 

Ia menjelaskan, pertumbuhan penjualan emas sejalan dengan startegi pengembangan pasar emas baik domestik maupun ekspor, serta inovasi produk Logam Mulia Antam yang berada dalam tren positif emas dunia.

(Baca: Dolar Menguat, Harga Logam Mulia Antam Turun Rp 5.000 per Gram)

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh perusahaan yakni ,mengeluarkan produk jasa depositori logam mulia yang dinamakan Brankas.

Selain itu, Antam memiliki Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPP LM), yang merupakan satu-satunya pabrik pengolahan dan pemurnian emas di Indonesia. Pabrik ini memiliki sertifikat London Bullion Market Association (LBMA). UBPP LM kemudian menerbitkan harga jual emas harian yang menjadi salah satu acuan harga emas dalam negeri.

(Baca: Tunggu Jokowi, Erick Thohir Ingin Dirut Baru Inalum yang Berkeringat)

Sebelumnya, Antam mencatatkan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini sebesar  Rp 631,12 miliar, turun 11% dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perseroan turun meski penjualan pada periode yang sama naik 22,9% secara tahunan menjadi Rp 19,95 triliun. 

Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya beban pokok penjualan dan beban usaha yang masing-masing naik sebesar 29,8% dan 24,6% menjadi Rp 20,80 triliun dan Rp 2,5 triliun.

Reporter: Fariha Sulmaihati