Google menggelontorkan US$ 189 Ribu atau sekitar Rp 2,6 miliar untuk memberantas penyebaran informasi palsu atau hoaks di Indonesia. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu pun menggandeng Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Program yang diberi nama Stop Hoax Indonesia itu akan dilakukan selama Agustus-November 2019. Public Policy dan Goverment Affairs Manager Google Indonesia Ryan Rahardjo menargetkan, 10 ribu siswa dan mahasiswa di 16 kota bisa berpartisipasi dalam acara ini.
Ia mengatakan, program ini merupakan bagian dari kampanye literasi media Google News Initiative yang didanai oleh lembaga filantropi Google.org. "Melalui workshop ini juga akan mengajarkan cara mendeteksi teknik dan trik yang umum dipakai para penyebar hoaks,” katanya di Jakarta, kemarin (7/8) sore.
Mafindo akan memimpin program khusus itu untuk membantu masyarakat lokal, terutama pelajar dan ibu rumah tangga dalam mengenali disinformasi yang beredar di internet atau grup percakapan. Salah satu caranya, dengan menghadirkan 10 video edukasi singkat mengenai hoaks.
(Baca: Peneliti Siber: Pembatasan Media Sosial Efektif Cegah Penyebaran Hoaks)
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho mengatakan, hoaks masih berseliweran meski Pemilu telah usai. Bahkan, Mafindo mencatat rata-rata ada lebih dari 100 informasi palsu per bulannya selama tahun ini. Mayoritas, hoaks itu bertemakan politik.
Ia menargetkan ibu rumah tangga, karena dinilai banyak menyebarkan hoaks. Sedangkan anak muda dianggap pasif terhadap informasi palsu. Video yang ditampilkan selama program ini pun bisa diakses oleh masyarakat luas.
Saat ini, Google bekerja sama dengan agensi kreatif Love Frankie dan Journalism and Media Studies Centre (JMSC-HKU) untuk meluncurkan program literasi media di Asia Tenggara. Asisten Dosen di JMSC-HKU Masato Kajimoto mengatakan, hoaks tidak mungkin bisa diberantas habis. Sebab, berbohong merupakan insting manusia dan bentuk kebebasan berbicara.
(Baca: Google Siapkan Tiga Langkah Tangkal Hoaks Pemilu 2019)
Meski demikian, ia optimistis program literasi media dapat meminimalikan dampak dari penyebaran berita bohong tersebut. Selama lima tahun terakhir, instansinya bekerja sama dengan berbagai stakeholder regional untuk mengembangkan kurikulum literasi media.
“Dalam program ini, JMSC-HKU berperan sebagai konsultan utama dalam bidang konten untuk membantu Mafindo memproduksi dan mengimplementasikan materi belajar-mengajar berbasis video," kata Masato.
Sebelumnya, Google News Initiative juga telah mendukung sejumlah inisiatif jurnalis untuk melawan hoaks seperti Cekfakta.com dan Trusted Media Summit. Program-program ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengidentifikasi konten yang berkualitas di internet.
(Baca: Perangi Konten Negatif, Facebook Libatkan Siswa, Orang Tua, dan Guru)