Gojek Ternyata Belum Dapat Izin Beroperasi di Malaysia

Instagram |@syedsaddiq
Ilustrasi, Pimpinan Gojek, yakni Nadiem Makarim dan Andre Soelistyo bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad, Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq, dan Menteri Transportasi Anthony Loke Siew Fook kemarin (19/8). Anthony menegaskan bahwa Gojek belum mendapat izin beroperasi di Malaysia.
Penulis: Desy Setyowati
9/9/2019, 12.50 WIB

Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke Siew Fook menegaskan bahwa Gojek belum mendapat izin beroperasi di negaranya. Yang disetujui oleh para menteri di Kabinet adalah konsep layanan berbagi tumpangan (ride-hailing) menggunakan sepeda motor atau ojek online.

Anthony menyampaikan Kabinet belum membuat keputusan terkait izin operasional decacorn asal Indonesia itu. “Ada banyak kebingungan terkait masalah ini. Saya perjelas lagi, Kabinet belum menyetujui Gojek untuk beroperasi di sini (Malaysia),” kata dia dikutip dari New Straits Times, beberapa waktu lalu (3/9).

Ia juga menegaskan kembali bahwa yang disetujui oleh para menteri adalah sistem berbagi tumpangan menggunakan sepeda motor. “Kami tidak memberikan persetujuan apa pun kepada Gojek,” kata Anthony.

Gojek dan perusahaan berbagi tumpangan lainnya, kata dia, wajib mematuhi peraturan yang berlaku di negaranya. Di satu sisi, ia masih mengkaji regulasi terkait layanan ojek online ini.

(Baca: Heboh Gojek di Malaysia: Soal Syariat Islam, Pesaing Lokal, Gaya Duduk)

Karena itu, ia menegaskan bahwa pemerintahnya tak pilih kasih dengan mengizinkan Gojek untuk beroperasi, sementara Dego Ride tidak. Dego Ride adalah perusahaan berbagi tumpangan lokal di Malaysia.

Selain soal keamanan layanan, Anthony mengkaji perihal pajaknya. Karena itu, peraturan terkait ojek online ini masih akan dipelajari pemerintah Malaysia.

Konsep Ojek Online Gojek yang Mendapat ‘Lampu Hijau’ di Malaysia

Pemerintah Malaysia menilai konsep layanan ojek online, sebagaimana disampaikan Gojek, sangat bagus. Pertama, karena membuka lapangan pekerjaan.

Para menteri di Malaysia melihat, layanan tersebut bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin mencari tambahan penghasilan. Bahkan, warga Malaysia yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi dapat mencari pendapatan melalui jasa seperti ini.

Malaysia mencatat, ada sekitar sembilan juta penduduk dewasa yang berpenghasilan kurang dari 3 ribu ringgit. Layanan ojek online diharapkan bisa menyelesaikan persoalan tersebut.

(Baca: Ketatnya Persaingan di Balik Penolakan Gojek di Malaysia)

Kedua, konsep konektivitas first-mile-last-mile yang diusung Gojek. Maksudnya, layanan ojek online menjadi penghubung bagi masyarakat yang ingin menggunakan transportasi umum. Misalnya, untuk menuju halte, stasiun, dan lainnya.

Apalagi ada sekitar 40% kelas menengah di Malaysia yang membeli kendaraan sendiri. Maka, layanan berbagi tumpangan bisa menjadi solusi atas persoalan lain, seperti kemacetan.

(Baca: Didemo Ratusan Ojek Online, Bos Taksi Malaysia Akan Bawa Layanan ke RI)