Startup kesehatan, Halodoc meraih pendanaan seri C US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,16 triliun. Investasi ini dipimpin oleh Astra, bersama sejumlah investor lainnya termasuk Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, serta Bangkok Bank. Beberapa investor terdahulu yang turut berpartisipasi dalam seri tersebut yakni UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, dan lainnya.

CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengatakan, dana segar tersebut akan digunakan untuk memperluas penetrasi di berbagai vertikal kesehatan utama dan meningkatkan pengalaman pengguna. “Bagi kami, inovasi bukan hanya sekadar meluncurkan aplikasi canggih,” kata dia dalam siaran pers, Rabu (21/4).

Ia menyatakan, tujuan utama Halodoc yakni menyelesaikan tantangan kesehatan di Indonesia. “Salah satunya melalui teknologi, agar tidak hanya memperluas akses kesehatan untuk lebih banyak orang, tetapi juga memberikan pengalaman pengguna yang seamless dan tanpa ribet,” kata dia.

Jumlah pengguna pun meningkat 25 kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, Halodoc memiliki 20 juta pengguna aktif bulanan. Sedangkan jumlah transaksi melonjak 16 kali lipat. Peningkatan ini didukung ekosistem yakni lebih dari 20 ribu mitra dokter berlisensi, 2.000 RS, klinik, dan laboratorium, serta 4.000 apotek.

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro menambahkan, perusahaan percaya atas komitmen Halodoc dalam mengatasi tantangan terkait akses layanan kesehatan di Indonesia. Utamanya, saat pandemi corona.

“Kami percaya investasi yang dilakukan oleh Astra dapat mendukung Halodoc untuk terus memberikan solusi inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan jutaan masyarakat Indonesia,” kata dia. Sedangkan CEO TMI Andi Kristianto mengatakan, Halodoc dan Telkomsel baru-baru ini mengembangkan dan meluncurkan berbagai layanan. “Kini, kami melanjutkan kolaborasi dengan berinvestasi strategis yang dapat menciptakan solusi end-to-end terlengkap yang dapat mentransformasi sektor kesehatan,” ujarnya.

Managing Director dan CEO UOB Venture Management Kian-Wee Seah menyampaikan, pandemi Covid-19 mempercepat permintaan dan adopsi layanan telehealth. Selain itu, mendukung pertumbuhan yang kuat dalam hal penggunaan platform kesehatan digital. “Investasi lanjutan kami akan mendukung Halodoc dalam menyederhanakan dan memperluas akses ke layanan kesehatan yang terjangkau,” kata dia.

Berdasarkan data CB Insights, pendanaan kepada startup kesehatan secara global mencapai rekor US$ 2,8 miliar dari 162 kesepakatan pada kuartal III 2020. Di Asia saja, peningkatannya hampir tiga kali lipat. Pada akhir tahun lalu, setidaknya ada dua startup kesehatan yang meraih investasi yakni Alodokter dan Medigo.

Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, investor sebenarnya mengincar startup kesehatan Indonesia tahap seri B ke atas. “Semestinya tren di Tanah Air juga meningkat (pendanaan). Namun, tidak banyak startup healthtech, terutama di growth stage,” katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (30/12).

Selain itu, klaster startup kesehatan memang bermacam-macam, sebagaimana Bagan di bawah ini. “Di Indonesia, masih sekitar telemedicine, yang membantu proses klaim, menjual obat, dan lainnya,” kata Eddi. impactalk