Layanan Video Streaming Hooq Tutup per 30 April, Ini Alasannya

Google Play Store
Ilustrasi. Hooq tak lagi mengenakan biaya bagi pelanggan yang sudah ada maupun mengaktivasi pelanggan baru.
Editor: Agustiyanti
29/4/2020, 12.40 WIB

Startup penyedia layanan video on demand Hooq bakal menutup layanannya per 30 April mendatang. Setelah melakukan pengajuan likuidasi akhir Maret lalu, perusahaan asal Singapura itu mengatakan bahwa platformnya tak lagi mengenakan biaya bagi pelanggan yang sudah ada maupun mengaktivasi pelanggan baru.

Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro mengatakan, keputusan likuidasi adalah keputusan para pemegang saham perusahaan. "Dugaan saya, karena pemegang saham ingin konsentrasi pada core business-nya dalam situasi sulit seperti saat ini," ujar Guntur kepada Katadata.co.id, Rabu (29/4). 

Hooq sebelumnya dikabarkan melakukan likuidasi karena belum mampu tumbuh secara memadai untuk memberikan pengembalian modal maupun menutupi biaya operasional.

Guntur mengatakan bahwa likuidator telah menyelenggarakan rapat pemegang saham dan kreditur pada awal April lalu yang  membahas kelanjutan bisnis Hooq.

(Baca: iFlix & Hooq Goyah saat Bisnis Video Streaming Panen Trafik, Mengapa?)

Hooq merupakan perusahaan patungan antara Singapore Telecommunications Ltd (Singtel), Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment, yang didirikan pada 2015. Singtel memiliki 76,5% saham efektif tidak langsung di Hooq.

Perusahaan rintisan itu dinilai gagal menghasilkan keuntungan besar, karena persaingan yang ketat. Salah satu pesaing Hooq yakni Netflix Inc.

Dikutip dari Reuters, Hooq berharap, likuidasi tidak berdampak material terhadap aset berwujud bersih atau net tangible assets atau laba per saham Singtel.

(Baca: iFlix PHK Karyawan Akibat Pandemi Corona dan Beban Utang)

Pengajuan opsi likuidasi Hooq terjadi di tengah peningkatan transaksi sejak pemberlakuan kerja dari rumah alias work from home akibat pandemi corona. Guntur sempat menyampaikan, trafik meningkat namun tidak signifikan.

“Kenaikan trafik berlangsung normal karena adanya konten baru yang ditayangkan,” kata Guntur.

Perusahaan pun tidak memberikan promosi khusus selama work from home lantaran sudah memiliki layanan gratis. Hooq pun kini telah mengirimkan surat kepada pelanggannya mengenai informasi pemberhentian layanan.

"Ini adalah keputusan yang berat, namun harus diambil. Kami sangat menghargai dukungan Anda selama ini," demikian dikutip dari surat tersebut. 

Tercatat, hingga saat ini Hooq telah memiliki 80 juta pelanggan di lima negara. Di antaranya yakni di Filipina, Thailand, India, Indonesia, dan Singapura.

Reporter: Cindy Mutia Annur