Kementerian Komunikasi dan Informatika dan platform investasi dan inovasi TechStars bakal menggelar program membangun startup di enam sektor guna membantu penanganan pandemi corona. Keenam sektor itu, di antaranya yakni kesehatan, populasi rentan, komunitas, bisnis, edukasi, dan hiburan.
Menteri Kementerian Kominfo Johnny G. Plate menilai berbagai startup di daerah memiliki potensi untuk melakukan inisiatif sosial bersama pemerintah daerah, kementerian dan lembaga swadaya masyarakat dalam penanganan pandemi corona. Ini termasuk penyediaan masker dan alat pelindung diri, pelatihan kerja, serta membantu mempermudah akses masyarakat terhadap kebutuhan primer di saat ini.
"Saya percaya, tak hanya mereka, kalian pun akan menjadi penggerak inovasi-inovasi baru bagi Indonesia di masa pandemi ini,” ujar Johnny dikutip dari siaran pers, Kamis (23/4).
Program bernama Global Online Startup Weekend in akan digelar pada 24-26 April bersama penggerak ekosistem startup digital di Indonesia, KUMPUL. Kominfo pun berkolaborasi dengan mitra jaringan coworking di berbagai daerah yaitu Impala Network dari Semarang, Ngalup.co dari Malang, MeetUp Coworking dari Pekanbaru, CreateIt dari Bandung, SatuTampa dari Manado, dan StartupBorneo dari Banjarmasin.
(Baca: 4 Operator Telekomunikasi Ramal Trafik Data Selama Ramadan Naik 20%)
Co-founder & CEO KUMPUL Faye Alund mengatakan, instansinya telah menggerakkan jejaring coworking dan komunitas di 28 kota untuk mengikuti program ini. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 60 negara termasuk Indonesia yang bergabung menjalankan program tersebut.
Faye melihat peran pelaku coworking di daerah sangat penting sebagai penggerak komunitas dan ekosistem startup. "Di minggu terakhir sebelum pendaftaran ditutup, sudah ada lebih dari 1.000 pendaftar dari seluruh Indonesia” ujar Faye.
Ia melanjutkan, dalam waktu 54 jam maka seluruh peserta akan membangun startup pada enam fokus sektor yang telah ditetapkan. Tak hanya itu, menurut Faye, proses membangun startup ini akan dibimbing oleh lebih dari 30 pembicara dan mentor dari berbagai bidang.
Beberapa pembicara itu di antaranya yakni CEO & Founder Pinhome Dayu Dara, Chief In-Hospital Business Officer Halodoc Doddy Lukito, KawalCovid19.id Ainun Najib , Co-founder & CEO QM Financial Ligwina Hananto, CEO dan Founder Wahyoo Peter Shearer, serta Staf Khusus Menteri Riset, Teknologi dan Badan Riset Inovasi Nasional Danang Rizki Ginanjar.
Di hari terakhir program, akan dilaksanakan live pitching melalui platform Youtube. Salah satu juri yang akan menilai 10 startup terbaik adalah Co-founder dan ex-CEO Bukalapak Achmad Zaky. Selain itu, turut hadir Vertical Lead Facebook Indonesia Aldo Rambie, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian kominfo Semuel Abrijani Pangerapan, serta Partner dari Venturra Discovery Raditya Pramana sebagai panelis juri.
(Baca: Gojek Dikabarkan Akuisisi Startup Kasir Digital Moka Rp 2,02 Triiliun)
Program yang turut didukung oleh Kementerian Kominfo, Telkomsel, serta Bank DBS melalui platform Digital Banking Digibank akan mencari tiga pemenang untuk mewakili Indonesia pada kompetisi Top 20 Global Winner Startup Weekend.
Adapun startup akselerator Digitaraya dan beberapa startup pun turut mendonasikan makanan bagi 1.700 tenaga medis dan 5.000 kaum dhuafa di DKI Jakarta yang terdampak pandemi corona selama Ramadan. Penggalangan dana dihimpun melalui bantuan.com, sebuah situs gerakan sosial kolaborasi antara Digitaraya, KitaBisa.com, Umma, dan Yayasan Northstar Bakti Persada, khusus untuk kegiatan kemanusiaan ini.
Dana yang terhimpun tersebut digunakan untuk menyediakan bahan makanan dan proses pembuatan dilakukan oleh 100 lebih warteg rekanan Wahyoo, BreadLife, Isuka, Dailybox, dan Mangkok Ku. Umma yang merupakan platform muslim berbasis komunitas membantu mendistribusikan makanan ke masjid-masjid di area Jakarta.
"Kami ingin berperan aktif membantu masyarakat yang paling membutuhkan bantuan di tengah pandemi ini," ujar Managing Director Digitaraya Nicole Yap dikutip dari siaran pers, Kamis (23/4). Apalagi, ia melanjutkan, instansi mendapat kabar bahwa cukup sulit bagi para tenaga medis untuk memenuhi kebutuhan makanan sendiri.