Startup pendidikan, Gredu menargetkan bisa menggaet 600 sekolah di Indonesia hingga akhir tahun ini. Perusahaan rintisan itu sudah mendapat pendanaan pra-seri A dari investor asal Singapura, Vertex Ventures.
CEO Gredu Rizky Anies menjelaskan, perusahaannya menyediakan aplikasi untuk sekolah, guru, murid, dan orang tua. Aplikasi-aplikasi itu terintegrasi dalam satu sistem manajemen.
Perusahaan rintisan itu menyasar siswa dan sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejauh ini, Gredu berkolaborasi dengan 200 sekolah negeri dan swasta di DKI Jakarta, Banten, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau.
Lebih dari 70% di antaranya merupakan sekolah negeri. “Target 500-600 sekolah. Kami realistis dulu, mau menekankan bukan hanya lingkup sekolah tetapi sampai nasional,” kata Rizky di Jakarta, Senin (20/1).
Untuk mencapai target itu, perusahaan berfokus melakukan sosialisasi ke beberapa kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Di Indonesia, perusahaan ini bersaing dengan startup sejenis seperti Ruangguru, HarukaEdu, Zenius, dan lainnya.
(Baca: Setelah Vietnam, Ruangguru Bakal Rambah Satu Negara Tahun Ini)
Gredu berdiri pada 2016. Namun, perusahaan berfokus meriset pasar sehingga baru meluncurkan produk pada 2018.
Saat ini, Gredu memiliki empat produk utama di aplikasi yang berbeda. Pertama, School Management System yakni aplikasi administrasi untuk mengakses, mengolah, dan menyajikan data secara ringkas. Aplikasi ini bertujuan meringankan beban kerja administrasi sekolah.
Kedua, Gredu Teacher yaitu aplikasi guna memudahkan guru memantau kehadiran murid, membuat soal ujian dan menilainya, serta merencanakan aktivitas kelas.
Ketiga, Gredu Parent atau aplikasi untuk orang tua agar dapat mengikuti perkembangan belajar dari sisi nilai ujian, kehadiran, dan rekomendasi guru. Selain itu, orang tua dapat membayar uang sekolah dan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) melalui aplikasi ini.
Terakhir, Gredu Student atau aplikasi untuk murid. Melalui platform ini, siswa dapat mengetahui nilai, kehadiran, jadwal aktivitas pembelajaran hingga melaporkan apabila terjadi perundungan (bullying) di sekolah. Aplikasi ini juga menyediakan buku elektronik (e-book).
(Baca: Startup Fintech, Pendidikan dan Kesehatan Diminati Investor Tahun Ini)
Perusahaan mengenakan biaya berlangganan (subscription). Sekolah bisa memilih layanan apa yang dibutuhkan."Kami gunakan (skema) adaptive pricing disesuaikan dengan kemampuan sekolah," ujar Rizky.
Gredu menyiapkan tim yang akan membantu sekolah, guru, orang tua, dan murid menggunakan aplikasi.
Tahun ini, perusahaan berencana merilis fitur baru untuk pembayaran, penyimpanan data, dan pemetaan Global Positioning System (GPS) di aplikasi. Perusahaan bakal menggaet beberapa mitra untuk pengembangan tersebut. “Targetnya diluncurkan awal kuartal II," ujarnya.
Rizky mengatakan, perusahaan telah menggalang pendanaan ketiga kalinya. Yang pertama, berasal dari investor individu (angle investor). Lalu, startup itu mendapat dana segar dari GWC Innovator Fund. Terakhir, dari Vertex Ventures.
Perusahaan rintisan itu akan mencari pendanaan baru ke depan untuk mengembangkan berbagai fitur baru terkait kegiatan sosial murid. “Mungkin (pendanaan dilakukan) di tahun depan," ujar Rizky.
(Baca: Startup Pendidikan HarukaEdu Galang Investasi dari Investor AS)