Startup seperti Grab dan Halodoc mengumpulkan dan mengolah data untuk mendapat pemahaman terkait konsumen. Di era digital, perusahaan yang sudah lama berdiri seperti Astra Internasional juga menerapkan strategi serupa.
Direktur Astra Internasional Paulus Bambang Santoso mengatakan, perusahaannya mengembangkan platform untuk mendapat informasi terkait transaksi. Data yang diperoleh bersifat interaktif.
Astra bisa mendapat wawasan (insight) terkait kesukaan pengguna tertentu atau dikenal dengan personalisasi. “Jadi, kami sudah tahu (apa yang disukai) sebelum meluncurkan (produk) karena riset data,” kata Paulus dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE Katadata 2020) yang diselenggarakan oleh Katadata.co.id di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1).
(Baca: Setelah Investasi di Gojek, Astra Buka Peluang Akuisisi Startup)
Data-data itu dikembangkan menggunakan teknologi big data. Dengan strategi ini, ia optimistis perusahaannya bisa memprediksi produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen.
Saat ini, data yang dikumpulkan oleh Astra memang belum terintegrasi dengan perusahaan di grup yang sama. “Tetapi, kami sedang coba integrasi melalui Astra Digital, di sektor otomotif dulu,” kata dia.
Sedangkan startup seperti Gojek, Grab, Tokopedia, Halodoc dan lainnya identik dengan teknologi big data. Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenandi menegaskan, data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bisnis perusahaannya.
“Per hari kami menghasilkan 40 terabyte data,” kata Neneng. Untuk layanan berbagi tumpangan (ride hailing) saja, mitra pengemudi Grab sudah mengantar penumpang yang jaraknya mencapai 420 juta kilometer.
(Baca: Grab Rencana Garap Bisnis Daur Ulang Ponsel di Indonesia)
Decacorn asal Singapura itu juga mengadopsi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mendapat data interaktif dari pengguna. Data-data itu akan dikelola untuk menghasilkan produk, fitur hingga kebijakan baru untuk konsumen, baik mitra pengemudi maupun penumpang.
Pada kesempatan yang sama, Vice President Marketing Halodoc Felicia Kawilarang Aluwi menyampaikan bahwa perusahaannya juga mengandalkan data untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Startup ini mempelajari perilaku dan kondisi kesehatan pengguna.
“Di aplikasi, ada ribuan data yang masuk,” kata Felicia. Data-data itu pun diolah, sehingga perusahaan memahami obat-obat apa saja yang perlu disediakan dan penempatannya secara tepat.
(Baca: Gandeng IDI, Startup Halodoc Kembangkan Riset dan Inovasi Kesehatan)