Penghasilan Makin Tinggi, Freelance Tak Lagi Dianggap Sampingan

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Ilustasi. Mayoritas freelancer berdasarkan survei PT Sribu Digital Kreasi merupakan generasi milenial, 49% responden berusia 21 tahun hingga 30 tahun.
Editor: Agustiyanti
14/2/2020, 07.09 WIB

Pekerjaan lepas atau freelance kini tak lagi dipandang sebelah mata. Survei yang dilakukan startup crowdsourching, PT Sribu Digital Kreatif menunjukkan banyak pekerja lepas yang menjadikan pekerjaannya saat ini sebagai tumpuan hidup. 

Menurut survei tersebut 95% responden pekerja lepas yang disurvei menyatakan akan mempertahankan status pekerjaan. Adapun 53% mengaku sudah menjadi freelancer lebih dari lima tahun. Mayoritas merupakan generasi milenial, 49% responden berusia 21 tahun hingga 30 tahun.

CEO Sribu Ryan Gondokusumo mengatakan, ada beberapa alasan pekerjaan lepas kini bukan lagi sebagai sambilan, mulai dari waktu dan lokasi bekerja yang lebih fleksibel, keterbatasan kualifikasi pendidikan, dan besarnya pendapatan yang dihasilkan. 

"Awalnya kami merasa mereka ingin dapat pekerjaan tambahan, ternyata tidak. Kalau seperti ini bisa jadi tumpuan ke depan, orang jadi content creator bukan jadi sambilan tapi full time," ujar Ryan di Jakarta pada Kamis (13/2).

(Baca: RPJMN: Pemerintah Targetkan Tingkat Kemiskinan Turun jadi 6% pada 2024)

Bekerja sebagai freelancer juga dipandang cukup menjanjikan secara penghasilan. Dari hasil survei, 20% responden mengaku dalam sebulan menghasilkan lebih dari Rp 3,5 juta.

Sribu mencatat, ada tiga pekerjaan terbanyak yang dikerjakan freelancer saat ini. Sebanyak 62,7% responden bekerja di bidang desain, 27,2% bekerja di copywriting, dan 41,5% di pemasaran online. Survei dilakukan kepada 200 freelancer yang telah melalui tahap kurasi pada Januari 2020.

Menurut Ryan, tidak hanya freelancer yang kini menjadi tren, kini muncul istilah gig workers yang juga diminati generasi millenial. Berbeda dengan freelancer yang mempunyai talenta khusus dalam menjalani pekerjaannya, gig workers merupakan pekerja lepas yang minim keahlian. Para mitra pengemudi Grab dan Gojek misalnya, merupakan gig workers. 

(Baca: Hari Ini, Go-Jek Resmi Beroperasi dari Sabang sampai Merauke)

"Keduanya (freelancer dan gig workers) ada peluang ke depan. Apalagi untuk gig workers permintaannya terus akan tinggi. Contoh, setiap hari kan pakai Gojek terus," ujar Ryan.

Menurutnya, keduanya akan berdampak pada pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia. Adapun berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran Indonesia pada Agustus 2019 sebesar 5,28%. Dengan demikian, terdapat 5 orang penganggur dari 100 orang angkatan kerja di Indonesia.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan