Tumbuh 13%, Belanja Iklan Televisi Tembus Rp 110 Triliun Tahun 2018

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi televisi.
Penulis: Hari Widowati
11/1/2019, 10.56 WIB

Belanja iklan televisi pada 2018 mencapai Rp 110,46 triliun, tumbuh 13,35% dibandingkan dengan periode 2017. Berbagai agenda besar, mulai dari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, Final Piala Dunia di Rusia, Asian Games, Asian Para Games, hingga Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 menjadi daya tarik bagi pebisnis untuk mengeluarkan biaya lebih besar untuk iklan di media televisi.

Layanan sistem monitoring iklan televisi (TVC) Adstensity dari PT Sigi Kaca Pariwara mencatat, industri produk perawatan pribadi (personal care) memberikan kontribusi terbesar terhadap belanja iklan televisi, yakni sebesar 20,31% atau Rp 22,43 triliun. Industri makanan olahan (refined food) di posisi kedua dengan kontribusi belanja iklan 10,58% atau Rp 11,69 triliun. Industri farmasi berada di posisi ketiga dengan belanja iklan 7,47% atau Rp 8,25 triliun.

Sektor olahan susu (dairy) menempati posisi keempat dengan porsi belanja iklan 6,89% atau Rp 7,61 triliun. Sektor bisnis online berupa e-commerce marketplace dan aplikasi di posisi kelima dengan porsi belanja iklan 6,41% atau Rp 7,08 triliun. Industri minuman dan rokok berada di peringkat keenam dan ketujuh dengan porsi belanja iklan masing-masing sebesar Rp 5,88 triliun atau 5,33% dan Rp 4,88 triliun atau 4,86%.

Industri alat-alat rumah tangga di peringkat kedelapan dengan belanja iklan 4,02% atau Rp 4,44 triliun. Sementara itu, industri kopi berada di peringkat sembilan dengan 3,46% atau Rp 3,82 triliun. Posisi ke-10 ditempati oleh industri makanan non-olahan dengan belanja iklan 2,93% atau Rp 3,23 triliun.

Menurut Project Manager Adstensity Marcel Darmanto, dari seluruh merek (brand) yang beriklan di televisi selama periode Januari–Desember 2018, Pantene merupakan merek dengan belanja iklan terbesar, yakni Rp 1,31 triliun. "Menyusul berikutnya Wardah dan Clear dengan masing-masing menghabiskan biaya sebesar Rp 1,08 triliun untuk beriklan di televisi selama 2018," kata Marcel dalam siaran pers yang diterima Katadata, Jumat (11/1).

Rexona berada di posisi keempat dengan belanja iklan televisi Rp 1,04 triliun atau 0,94% dari total belanja iklan televisi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di posisi kelima dengan biaya iklan televisi Rp 1 triliun atau 0,91% dari total.

(Baca: TV Masih Mendominasi, tapi Iklan Online Tumbuh Lebih Cepat)

ANTV Raup Iklan Terbesar

Hasil pantauan Adstensity juga menunjukkan ANTV menjadi stasiun televisi yang meraup pendapatan iklan terbesar sepanjang tahun lalu. Pendapatan iklan stasiun televisi milik Grup Bakrie tersebut mencapai Rp 15,66 triliun atau 14,18% dari total belanja iklan televisi.

Di posisi kedua, Global TV memperoleh pendapatan sebesar Rp 13,78 triliun atau 12,47% dari total belanja iklan televisi. Indosiar di posisi ketiga dengan perolehan pendapatan Rp 12,9 triliun atau 11,68%. Kompas TV menempati posisi keempat dengan pendapatan Rp 12,78 triliun atau 11,57%. Adapun Metro TV berada di posisi kelima dengan pendapatan sebesar Rp 12,3 triliun atau 11,13%.

Adstensity melakukan monitoring terhadap seluruh iklan televisi di 13 stasiun televisi nasional, yakni RCTI, SCTV, Indosiar, MNC TV, TransTV, Trans7, Global TV, MetroTV, TVOne, ANTV, KompasTV, Net TV, dan TVRI. Menurut Marcel volume iklan dan harga iklan dihitung berdasarkan data yang dipublikasikan (publish rate) sehingga nilai yang tercatat dalam laporan Adstensity ini adalah nilai bruto.

(Baca: E-Commerce Terus Incar Slot Iklan Televisi)